Mandiri Tak Bergantung Suami

KOMPAS.com – Tak hanya perempuan urban yang terbukti mampu mandiri, menjalani berbagai peran di rumah tangga dan memiliki sumber penghasilan sendiri. Perempuan desa, juga mampu berdaya atas dirinya, bahkan menjadi contoh bagi perempuan lainnya, untuk menjadi istri, ibu, dan pribadi yang tahu bagaimana memaksimalkan potensinya.

Halimah (36), ibu empat anak penduduk asli desa Kadusirung, Rancamalang, Tangerang bukti nyatanya. Bergabung dengan program pemberdayaan perempuan, Sahabat Wanita dari Putera Sampoerna Fundation, Halimah membangun dirinya menjadi sosok perempuan berdaya, berwirausaha dengan cara sederhana dan memaksimalkan potensi yang ada.

Demi perbaikan kondisi ekonomi keluarga, Halimah dan suami memutuskan tinggal berjauhan. “Suami saya pulang sebulan sekali, karena harus bekerja di Bandung,” jelasnya saat Kompas Female mengunjungi warung sederhana miliknya di depan tempat tinggalnya.

Karena jauh dari suami, Halimah, bersama keempat anaknya, tinggal dengan orangtuanya. Memahami bahwa keluarganya membutuhkan tambahan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga dan pendidikan anak yang terus membengkak, ia tak tinggal diam menunggu pemberian suami.

Sejak program pemberdayaan perempuan di Sahabat Wanita Community Learning Center (CLC) hadir di desanya, Halimah membuka diri menjadi bagian darinya. Kegiatan pelatihan ekonomi yang menyasar kebutuhan masyarakat setempat, menarik perhatian Halimah. Sejak 2009, melalui Sahabat Wanita, Halimah menjadi lebih paham cara mengelola warung sembako yang dimilikinya dan keluarga.

“Saya senang ikut pelatihan, karena jadi tambah ilmu dan pendapatan. Saya jadi tahu cara mengatur keuangan, mendaur ulang plastik bungkus kopi yang biasanya saya buang, dan cara mengelola warung,” katanya sederhana.

Keingintahuan Halimah dan kemauannya untuk berkontribusi terhadap ekonomi keluarga membuka jalannya. Sahabat Wanita melihat jiwa kepemimpinan dalam diri Halimah. Alhasil, ia pun terpilih sebagai lead store sejumlah warung kelontong dan sembako di desanya. Sistem jaringan warung Sahabat Wanita ini nyatanya sukses meningkatkan ekonomi warga setempat, terutama perempuan yang ingin mandiri secara finansial.

Melalui Sahabat Wanita sebagai fasilitator, Halimah memimpin sejumlah perempuan pemilik warung. Ia mendapatkan pinjaman untuk menambah modal belanja warung miliknya, dan sempat menjadi agen bagi warung-warung kecil lainnya di sekitar tempat tinggalnya. “Saya mendapat pinjaman lunak Rp 5 juta, mengembalikannya dengan cicilan per minggu Rp 130.000, ditambah simpanan koperasi Rp 5000 per minggu,” akunya.

Penghasilan Halimah meningkat tajam di tahap awal pengembangan program dengan perannya sebagai lead store. Sebagai agen yang dipercaya Sahabat Wanita, pendapatannya mencapai Rp 700.000 per hari. Saat warung lain mulai berkembang mandiri, penghasilan per harinya rata-rata Rp 300.000. Meski menurun seiring bertumbuhnya kemandirian kaum ibu di desanya, pendapatan Halimah masih lebih baik dari sebelum ia ikut program ini. “Dulu, sebelum ikut program, penghasilan di warung Rp 100.000-150.000 per hari,” jelas Halimah yang mendirikan warung di pinggir jalan utama desa.

“Saya senang bisa membantu suami dan memenuhi kebutuhan anak-anak. Dulu, anak mau jajan saja susah. Sekarang, saya bisa membiayai sekolah anak. Butuh biaya besar untuk pendidikan,” ungkapnya.

Tak mudah
Sebagai sosok yang dianggap layak memimpin komunitas kaum ibu, Halimah tak segan mengajak perempuan lain di desanya untuk mandiri secara ekonomi. Tentunya dengan cara yang mereka bisa dan pahami. “Gampang-gampang susah untuk mengajak ibu-ibu lain. Sebenarnya mereka mau ikut program, tapi beberapa ada yang mundur,” akunya.

Halimah mengaku kebingungan menghadapi masalah kaum ibu di desanya. Ia pun berandai-andai, jika saja ia memiliki pendamping yang selalu siap setiap saat, berbagai kendala yang dihadapinya dalam mengajak ibu lainnya untuk mandiri, tentu lebih mudah teratasi. “Kalau ada masalah saya hubungi CLC, lalu mereka akan datang pada waktu tertentu. Mungkin saya butuh pendamping yang bisa diajak mengobrol kapan saja,” harapnya.