Koperasi Kredit Bisa Membantu Warga

Medan, Kompas – Ratusan ribu warga Sumatera Utara mampu bertahan dari impitan ekonomi karena tergabung dalam berbagai kelompok koperasi kredit. Banyak warga kemudian bisa keluar dari kemiskinan.

 

Hal itu dikatakan Ketua Dewan Pengawas Koperasi Kredit (Credit Union/CU) Pesada Perempuan Ramida Sinaga, Senin (10/1). Saat berbagai kebutuhan hidup naik, kata Ramida, anggota yang mengajukan pinjaman cenderung bertambah. Apalagi bunga CU tiga persen menurun.

Sebaliknya, angsuran CU juga cenderung menurun. ”Kalau biasanya Rp 500.000 per bulan, jadi Rp 400.000 atau Rp 300.000,” kata Ramida. Namun, kebanyakan tetap mengangsur dengan mengurangi konsumsi rumah tangga.

Esra Simbolon (37), ibu rumah tangga, anggota CU Marsiumpan Singabur di Kabupaten Pakpak Barat, Sumut, sejak tahun 1996 mengaku bisa membangun usaha dagang sembako di rumah dan di pasar karena pinjaman dana CU. Berbagai kebutuhan juga terpenuhi dari CU, seperti biaya pendidikan anak, membeli ladang, dan membangun rumah.

Pengamat Ekonomi Universitas Sumut, Murbanto Sinaga, mengatakan bahwa CU efektif membantu mengatasi kemiskinan di Sumut.

Di bidang sosial, warga terbantu dengan kerukunan warga berupa Serikat Tolong Menolong (STM). Seperti di Desa Tanjung Anom, Kecamatan Pancur Batu, Deli Serdang, menurut seorang anggota STM, Juan Lingga, dengan iuran Rp 3.000 per bulan, warga saling membantu saat ada yang sakit, kemalangan, atau mempunyai hajat.

Kepala Pusat Studi Ekonomi Kerakyatan Universitas Gadjah Mada San Afri Awang, Senin di Yogyakarta, menyatakan, pemerintah perlu membuat sistem jaring pengaman bagi petani dan nelayan.

Mata pencarian petani dan nelayan tergantung kondisi alam. Mengingat iklim kian tak menentu, perlu langkah adaptasi konkret untuk melindungi mereka dari kemiskinan. Melalui sistem asuransi, petani dan nelayan diharap mempunyai modal untuk bertahan hingga kondisi lebih baik.

Adapun pengalihan profesi nelayan menjadi pembudidaya ikan agar tidak tergantung cuaca, dinilai tidak mudah. Selain tidak memiliki lahan, nelayan tidak memiliki ilmu dan keterampilan untuk itu. Demikian kata nelayan dari Pantai Pamayangsari, Kecamatan Cipatujah, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, Dani Suherman Sarimbit, Senin.

Menurut Dani, yang seharusnya dilakukan pemerintah adalah memberi bantuan alat tangkap dan kapal bertonase besar serta pembangunan infrastruktur dermaga di pesisir selatan Jabar.

Kepala Biro Budidaya Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia Jabar Muhamad Husen mengatakan, budidaya ikan di tambak bisa jadi alternatif. Di tambak nelayan bisa memelihara ikan dengan pola polikultur, yakni rumput laut, udang, dan bandeng. Namun, hal itu perlu proses dan waktu.