Kini, Nasib Koperasi Semakin Merana

JAKARTA, alumniITS: Betapa merananya nasib koperasi. Badan usaha yang dulu terkenal dengan soko gurunya, kini hanyalah tinggal slogan. Sekarang ini, pertumbuhan koperasi Indonesia sudah berjumlah 190 ribu, namun pertumbuhannya dalam kemeranaan.”Koperasi kini hanya tinggal slogan. Lihat saja perannya terhadap Pendapatan Domestik Bruto (PDB) yang sangat kecil.

Peranan koperasi terhadap PDB hanya 2%. Padahal koperasi sudah hampir 100 tahun berdiri,” ungkap  Mantan Gubernur Bank Indonesia Burhanudin Abdullah di Jakarta, Senin (17/12/2012).

Malahan, lanjutnya, kenaikan PDB lebih banyak dikuasi oleh perusahaan besar. Hanya sedikit yang berasal dari koperasi atau sejenisnya.”Kenaikan PDB 100% lebih dikontribusi dari pengusaha besar,” katanya seperti dilansir Inilah.com

Karenanya, koperasi harus banyak belajar terhadap tokoh pendahulu koperasi. Tidak hanya ilmu namun juga teknologi, harap pemerhati masalah koperasi

Deputy National Executive Secretary Asosiasi Pendamping Perempuan Usaha Kecil (ASPPUK) M.Firdaus menilai Pemerintah dinilai belum serius meningkatkan kesejahteraan rakyat dan menanggulangi kemiskinan, melalui pengembangan koperasi.

“Pertumbuhan koperasi yang baik di tiap kabupaten kurang dari 10 koperasi dalam setahun, meski anggaran buat pengembangan koperasi sebesar Rp1,4 triliun lebih di RAPBN 2013,” sambungnya.

Menurutnya, jumlah Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) berdasarkan data Kementerian UMKM dan koperasi sebesar 53,823.732. Jika data serapan Keridit Usaha Rakyat (KUR) dikorelasikan dengan jumlah usaha mikro 53.207.50, berarti pembiayaan KUR baru berdampak sekitar 13% atau sekitar 947.423 pelaku usaha mikro.

“Bila usaha mikro yang berjumlah 53.207,500 diasumsikan 60 persennya merupakan perempuan pengusaha. Berarti dari angka seerapan KUR baru berdampak pada perempuan pelaku usaha mikro sebesar 22 persen,” tuturnya.

Kondisi ini, kata Firdaus, berdampak kepada peningkatan kesejahteraan kaum perempuan miskin yang tetap mempriharinkan, meski Indonesia di nilai memiliki pertumbuhan positif. “Minimnya ruang dan akses perempuan dalam bidang ekonomi di pedesaaan membuatnya pergi ke kota untuk bekerja di pabrik,” ujarnya.

Padahal, pengembangan UMKM dikalangan perempuan bisa menjadi potensi untuk menanggulangi kemiskinan, sehingga pemerintah harus benar-benar serius mengembangkan koperasi di setiap daerah.

“Hal itu bisa di lihat dari keterlibatan perempuan dalam ketenagakerjaan sebagai pengusaha yang menunjukan jumlah besar dibandingkan laki-laki,” ucapnya. (endy – redaksialumniits@yahoo.co.id).