FASHION HERITAGE: Sulam Karawo Gorontalo Siap Melenggang di New York Fashion Week 2018

KHASANAH wastra Indonesia memang tak bisa dipandang sebelah mata. Mulai dari batik, tenun hingga sulam khas perlahan muncul ke permukaan.

Tak hanya di pangsa domestik, tapi juga global. Sungguh membanggakan bukan? Sepertinya jejak popularitas batik di mata internasional akan merambat ke wastra khas daerah lainnya.

Lihat saja salah satunya, sulam karawo khas Gorontalo yang sudah siap melenggang di New York Fashion Week Spring/Summer 2018 yang akan di gelar September mendatang di Amerika Serikat. Sudah disiapkan 12 busana pria dan wanita untuk dipamerkan di panggung couture gelaran fesyen bergengsi di dunia tersebut.

“Tema busana sulam karawo yang akan kami bawa itu adalah Spring/Summer. Jadi model potongannya agak seksi, desainnya masih simpel dengan biding, hiasan bunga 3 dimensi dan nampak lux,” ujar Yurita Puji, desainer Sulam Karawo, dalam konferensi pers The Colours of Indonesia di Jakarta, belum lama ini.

Sejauh ini, sulam karawo memang belum begitu dikenal. Namun sejatinya, hampir sama seperti batik dan tenun, kain bersulam karawo juga mencirikan kekayaan budaya Tanah Air.

Lantas apa istimewanya sulam karawo? Jika ditelisik dari namanya, sulam karawo merupakan teknik menyulam yang dikerjakan dengan tangan oleh pengrajin dan tidak bisa digantikan dengan teknik modern. Jadi, hasil sulamannya terbilang rapi dan khas buatan tangan.

Untuk menjadi kain saja, butuh waktu 5 bulan dan ada 5 tahapan proses untuk jadi kain berkualitas.

Dari benang berwarna, sulam karawo memerlukan konsep untuk motif yang hendak dibuat. Kemudian, kain diiris berdasarkan motif. “Ciri khas sulam karawo terlihat dari irisan motif. Terlihat khas dan unik,” tambah Yurita.

Kemudian dari irisan motif, benang dicabut dan dibentuk pola. Lalu pola diikat kembali guna mengikat motif dan jadilah kain.

Proses terakhir, kain dibentuk pola lagi, dijahit untuk jadi pakaian jadi dan siap digunakan. Rupanya selain sulam karawo, Indonesia juga akan membawa tenun dayak iban, tenun NTB dan noken dari Papua untuk dijadikan pakaian dan dipamerkan di ajang bergengsi itu. “Ini adalah satu kesempatan bagus untuk membawa UKM Indonesia ke pasar Internasional,” ujar Mey Hasibuan, founder of Gallery Indonesia.

Sumber: okezone.com.