Genjot Sistem Pangan Berkelanjutan di Sumut Melalui Transformasi Sistem Pangan

Diskusi tatap muka Pembentukan Platform Sistem Pangan Berkelanjutan Demi Pemenuhan Pangan Sehat, Adil, Lestari di Kota Medan (8/10) 2021 Kota Medan, Sumatera Utara merupakan salah satu kota besar yang menjadi fokus jangkauan kampanye Pangan Bijak Nusantara. Kegiatan ini terselenggara atas dukungan Switch Asia Uni Eropa. Diskusi dilakukan bersama para Ahli yang sudah berpengalaman di bidangnya, mendiskusikan dari hulu ke hilir terkait sistem pangan. ASPPUK merupakah satu dari beberapa lembaga yang tergabung dalam Konsorsium Pangan Bijak Nusantara. Pangan Bijak Nusantara adalah sebuah kampanye untuk mendorong dan mempercepat perubahan ke arah pola konsumsi, produksi dan distribusi pangan lokal, sehat, adil dan lestari.
Pada Pertemuan awal di kegiatan ini adalah pemangku kepentingan sektor pangan yang difasilitasi oleh Fasilitator Prof. Elisa Yulianti, M.Si serta Co-Fasiliator  Ronald Silalahi dan Ramida Katharina Sinaga.

Narasumber pada kegiatan ini adalah Kepala BAPPEDA Kota Medan, Kepala Dinas Ketahanan Pangan Kota Medan, Dosen Kopertis/Ketua Tim Teknis Dewan Ketahanan Pangan Kota Medan dan HIVOS.

Kegiatan diawali dengan melakukan pemetaan pihak-pihak yang berkontribusi dalam sistem pangan Kota Medan. Pemetaan awal yang telah dilaksanakan dengan wawancara dan audiensi akan dilanjutkan dengan pertemuan tatap muka untuk bisa mempertemukan para pihak yang berkomitmen serta menjaring pihak lain yang berperan dalam sistem pangan ini.

Dalam kegiatan itu, dipaparkan jika konsumen, khususnya perempuan, sangat berperan dalam menyediakan pangan sehat bagi keluarga. Konsumen perempuan juga menjadi bagian penting dalam pemetaan ini karena sangat berkontribusi dalam menyediakan pangan sehat yang diharapkan bisa mengurangi angka stunting di Kota Medan.

Kota Medan yang merupakan salah satu kota besar di Indonesia perlu membangun sistem pangan yang berkelanjutan mengingat jumlah penduduk Sumatera Utara yang tinggal di Kota Medan cukup tinggi.

Sementara produsen bahan pangan di Kota Medan sangat terbatas. Kehidupan di kota Medan bergantung pada sektor pertanian yang berada di kabupaten sekitarnya, seperti Kabupaten Deli Serdang, Langkat dan Kabupaten Karo.

Disampaikan juga jika pola konsumsi masyarakat muda di perkotaan yang lebih memilih mengonsumsi makanan siap saji dan makan impor menjadi permasalahan yang sering muncul. Perilaku konsumsi pangan generasi muda perkotaan saat ini berkaitan erat dengan banyaknya tawaran makanan di luar rumah.

Tawaran ini saling berkompetisi untuk mendapatkan hati generasi muda sebagai konsumen dari gerai makanan atau kafe.

Co-Fasilitator dari NGO Pesada, Ronald Silalahi, mengatakan permasalahan lain adalah demi merebut hati konsumen, para produsen makanan baik yang siap saji maupun yang diproses segar berlomba-lomba menyajikan makanan yang menarik untuk difoto atau dalam diksi anak jaman now adalah instagramable.

“Tak jarang pangan yang dipilih adalah pangan yang luput dari kecukupan gizi, yang penting keren menghiasi halaman media sosial,” katanya.

Selain itu, Tujuan kegiatan ini adalah untuk memperoleh gambaran umum tentang isu-isu strategis dan kebijakan ketahanan pangan di Kota Medan, terpetakan pihak-pihak pemangku kepentingan untuk mengidentifikasi aktor utama, visi, peran dalam system pangan berkelanjutan Kota Medan dan Terbangunnya komitmen untuk terlibat dalam platform forum multipihak dalam sistem pangan berkelanjutan di Kota Medan.

Dalam diskusi kelompok terarah (Focus Group Discussion/ FGD) yang dibagi dalam 2 kelompok menghasilkan rekomendasi yaitu  Identifikasi pemangku kepentingan (aktor utama, visi, peran dalam sistem pangan) dan usulan bentuk platform pelibatan multistakeholder dalam Sistem Pangan Kota Medan Berkelanjutan dan Identifikasi isu strategis sistem pangan yang sehat, adil dan lestari di Kota Medan.

Koordinator Bidang Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Politeknik Pembangunan Pertanian (Polbangtan)  Medan, Puji Wahyu Mulyani mengatakan kegiatan ini sangat dibutuhkan dalam upaya membangun kesadaran multipihak.

Khususnya untuk bisa bergerak melalui kebijakan dan tindakan aksi untuk bisa mewujudkan sistem pangan berkelanjutan dengan melestarikan pangan lokal, pangan sehat, pangan yang adil dan lestari mulai dari kalangan produsen pangan hingga konsumen dalam hal ini masyarakat luas di Kota Medan.