Tingkatkan Akses Pemasaran Digital Bagi Pelaku Usaha Perempuan Melalui Sispreuneur

Memperingati Hari Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) Nasional Asosiasi Pendamping Perempuan Usaha Kecil Mikro (ASPPUK) bersama Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak RI (KemenPPPA) menggelar Program Sispreneur 2021 Kelas Inkubasi Manajemen Bisnis (Pendampingan) bagi 1000 Pelaku Usaha Perempuan Indonesia. Program ini merupakan hasil kolaborasi Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen PPPA) dengan PT XL Axiata, Tbk yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan kewirausahaan berperspektif gender dan memperluas akses pemasaran digital bagi pelaku usaha perempuan, guna memajukan usaha, meningkatkan perekonomian keluarga, hingga memberi kontribusi pada perekonomian nasional.    ,

Para peserta program pelatihan ini merupakan pelaku usaha dari lembaga masyarakat mitra Kementerian PPPA yaitu ASPPUK, PEKKA, KAPAL Perempuan, Kalyanamitra, Hapsari, Migrant Care, PPSW, dan KPI. Program Sispreneur ini, sebelumnya juga telah dilaksanakan dan berhasil mendampingi sebanyak 275 pelaku usaha perempuan Indonesia pada tahun 2020.

Adapun sejumlah materi yang diajarkan dalam Kelas Inkubasi Sispreneur 2021 ini, meliputi perspektif gender dalam pelatihan kewirausahaan, perencanaan bisnis, pemasaran dan branding, literasi finansial, serta promosi melalui digital marketing. Tahun ini ada beberapa tambahan materi dan skill yang akan diberikan kepada perempuan pelaku UMKM peserta program inkubasi ini, antara lain materi literasi finansial, yang akan diberikan Tim dari Bank BRI, mengenai perlunya menyiapkan sisi finansial yang baik untuk dapat terus bertahan dalam menjalankan bisnis.

Pada acara ini, perwakilan pelaku usaha perempuan alumni program Sispreneur 2020 dari Dusun Kemuning, Lombok Barat, NTB, Sri Handayani yang juga merupakan salah seorang peserta yang berasal dari dampingan ASPPUK wilayah NTB turut memberikan testimoni terkait keberhasilan dan kemajuan usahanya setelah mengikuti program tersebut. Perempuan yang memiliki usaha produk sembako dan kebutuhan sehari-hari tersebut, menceritakan bahwa sebelumnya ia mengalami kendala yaitu sedikitnya konsumen yang mengetahui dan membeli produk yang dijualnya. Namun setelah mengikuti program Sispreneur 2020, usahanya banyak diketahui banyak orang, sehingga bisa terus berjalan dan bertahan hingga saat ini.

Hadir sebagai salah satu narasumber dalam kegiatan Sispreneur ini  Direktur Eksekutif ASPPUK Emmy Astuti d yang memberikan materi terkait ‘Kewirarausahaan Berpersepektif Gender’ dan Staf Ahli ASPPUK MH Firdaus yang membawakan materi Analisa Gender dalam Pengembangan Usaha. Materi tersebut diberikan kepada peserta di hari pertama kegiatan ini pada 13 September 2021.

Dalam materinya Emmy menyampaikan materi tentang pentingnya Analisis Rantai Nilai agar peserta mampu menjabarkan rantai nilai usaha yang dilakukan mengidentifikasi masalah- masalah yang dihadapi dari setiap rantai nilai, mulai dari penyediaan bahan baku, proses produksi, pengemasan/packaging, pemasaran, distribusi ke pelanggan, dampak lingkungan yang ditimbulkan dari usaha yang dijalankan. “pentingnya pembagian peran antara laki-laki dan perempuan dalam setiap rantai nilai, aktor-aktor/ pihak- pihak yang terlibat dalam setiap rantai nilai juga cukup penting teman-teman memiliki skill dan teknologi yang dibutuhkan dari setiap rantai nilai” ungkap Emmy.

ASPPUK dan Kementerian PPPA berharap pelatihan yang dilaksanakan pada 2021 ini, dapat menjawab berbagai tantangan yang masih dihadapi para perempuan wirausaha, khususnya dalam membuka akses pengetahuan terkait pemahaman perspektif gender, perencanaan bisnis, pemasaran dan branding, serta literasi keuangan dan akses pasar yang lebih luas melalui digital marketing, sehingga pada akhirnya dapat memajukan usaha, meningkatkan perekonomian keluarga, dan memberi kontribusi pada perekonomian nasional.

Kemampuan kewirausahaan (entrepreneurship) perempuan sangatlah penting, mengingat pembukaan usaha baru dan perluasan usaha akan mendorong tersedianya lapangan kerja untuk menyerap angkatan kerja yang bertambah setiap tahunnya. Berdasarkan data Perkembangan UMKM dan Besar di Indonesia pada tahun 2014-2018, dari seluruh jenis usaha di Indonesia, 99,99% merupakan UMKM. Selain itu, data BPS pada tahun 2018, menunjukkan bahwa dari total UMKM, lebih dari 60%-nya (sekitar 37 juta) dimiliki dan dikelola oleh perempuan.   Namun sayangnya, potensi UMKM perempuan masih belum termaksimalkan. Masih banyak perempuan wirausaha yang menghadapi banyak tantangan dalam mengembangkan usahanya dibandingkan dengan laki-laki, mulai dari tantangan pada akses permodalan, akses pengetahuan, akses pasar, hingga dukungan baik dari negara maupun masyarakat.