Kebumen, Cetak.Kompas Dari 188.181 koperasi di Indonesia, sebanyak 25 persen atau 47.000 unit tidak aktif atau mati suri. Kebanyakan koperasi yang tidak aktif adalah koperasi pertanian dan simpan-pinjam.
Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Syarifuddin Hasan mengakui masih tingginya angka koperasi tidak aktif di Indonesia, antara lain karena lemahnya dukungan pemerintah. Untuk itu, pemerintah daerah dituntut meningkatkan pemantauan, pembinaan, hingga pendampingan terhadap koperasi, termasuk fasilitasi akses pembiayaan. ”Jangan salahkan anggotanya jika ada koperasi tidak aktif, tetapi salahkan pemerintah. Sudah menjadi tugas kita selaku pemerintah untuk mendampingi dan membina koperasi serta mempertahankannya agar tetap aktif,” ujar Syarifuddin, Senin (16/4), di sela-sela silaturahim dengan pegiat koperasi serta usaha mikro, kecil, dan menengah se-Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah.
Syarifuddin menargetkan, pada tahun 2014, nisbah jumlah koperasi tidak aktif dapat ditekan menjadi tinggal 5 persen dari semua koperasi di Indonesia. Untuk itu, dia mendorong pemerintah daerah hingga kalangan perbankan untuk mendukung gerakan koperasi, terutama terkait dengan kemudahan akses memperoleh dukungan modal.
Secara terpisah, Ketua Lembaga Studi Pengembangan Perkoperasian Indonesia Suroto mengatakan, gerakan koperasi di Indonesia saat ini sudah kehilangan arah dan tujuan. Salah satu dampaknya, kebanyakan masyarakat bergabung dengan koperasi dengan tujuan mendapatkan untung sebesar-besarnya.
Akibatnya lebih banyak koperasi yang gulung tikar ketimbang yang mampu bertahan menghadapi krisis. (GRE)