Namanya Rabiatun Mukaromah, perempuan berumur 38 tahun, kini bergelar sarjana strata satu bahasa Inggris dan memiliki usaha kursus bahasa inggris, katering kecil-kecilan dan juga bekerja sebagai guru honorer. Ia berasal dari keluarga petani, dengan penghasilan pas-pasan. Karena keterbatasan orang tua, Rabiatun begitu biasa disapa, diminta menyokong ekonomi keluarga untuk ikut membiayai adik-adiknya dalam pendidikan.
Bukan karena usaha kateringnya yang maju atau karena kursus yang dikelolanya ia muncul di cerita ini. Namun karena ia merupakan salah satu nasabah LKP (lembaga keuangan perempuan) Lombok Timur (lotim) yang ulet, dan tidak kenal menyerah serta berpikiran maju. Meski dari keluarga pas-pasan, Rabiatun terus bekerja keras untuk membiayai kehidupan dirinya, memberikan sumbangan untuk ekonomi keluarga dan membiayai pendidikan adik-adiknya.
Ia yang sejak tahun 2002 ikut tergabung dalam JARPUK, segera merespon ketika ada peluang pinjaman untuk pendidikan. Memang, skema LKP menyediakan layanan pinjaman bagi non usaha, termasuk pendidikan, selain pinjaman yang biasaya ditujukan untuk modal usaha. Dalam konsep LKP, layanan untuk kebutuhan khusus ”perempuan” dianjurkan untuk menjadi alokasi khusus dari outstanding kredit LKP (minimal 15%), dan didorong untuk meningkat sesuai kebutuhan dan kemampuan. Berbeda dengan layanan jenis kredit usaha, skema jenis kebutuhan perempuan diperlakukan lebih ringan dan cepat (prosedur dan syaratnya), serta tidak dikenakan bunga (dengan asumsi, modal usaha PUK tidak terpakai untuk kepentingan khusus di luar usaha).
Atas dasar itulah, Rabiatun mengajukan pinjaman. Pinjaman pertama ia ajukan tahun 2004, sebesar Rp 1 juta, dan ia gunakan untuk biaya adiknya sekolah. Setelah ia berhasil melunasinya, pinjaman kedua ia peroleh tahun 2005 sebesar Rp 1,5 juta, juga digunakan untuk membiayai sekolah adiknya yang lain. Kali ketiga, pada tahun 2006, ia meminjam sebesar Rp 2 juta, dan ia gunakan untuk keperluan mendanai biaya proposal dan penelitian sarjananya.
Bagi Rabiatun, manfaat LKP sangat kongkret. Sebelum bergabung dengan LKP pendidikannya adalah D-2, dan setelah bergabung dengan LKP dan memperoleh pinjaman untuk memperlancar kuliah, ia berhasil meraih gelar sarjana. ”LKP ikut berjasa hingga saya bisa sarjana.” Kredit jenis ini dilakukan setelah pengurus LKP Lotim melakukan analisa kredit mendalam dan melakukan asessment terhadap profil Rabiatun secara menyeluruh dari berbagai aspek seperti; ekonomi, sosial, budaya, dan sisi kemanusiannya.
Diambil dan diolah dari buku, ”Lembaga Keuangan Perempuan: (konsep, praktek dan dampak)”, Jakarta: NZAID & ASPPUK, tahun 2007, hal.60.