“Kita mau gerak, banyak yang mencibir awalnya. Bahkan pihak desa bilang bahwa dalam dua bulan pasti akan bubar”, ungkap Khulub, ketua LKP Sumber Rejeki, mengenang. Cibiran tersebut hadir karena keberadaan organisasi yang digagas masyarakat yang difasilitasi LSM di desa Pangkah Kulon, kec. Ujung Pangkah, kab. Gresik, berakhir seumur jagung atau tida bertahan lama.
P3K (Paguyuban Perempuan Pangkah Kulon), jaringan kelompok perempuan yang pembentukannya difasiitasi LSM lokal diakhir programnya di desa, kini tinggal nama tak ada kegiatan. Sementara dari sisi permodalan, telah tersedia program bantuan dengan nilai berganda, seperti; PNPM, UBK, bantuan permodalan dari HES dan Kopwan (koperasi wanita) yang dibentuk Pemprof Jawa Timur dengan bantuan sebesar Rp 20 juta perkoperasi. “Saya hampir putus asa untuk melakukan pengorganisasian di desa ini. Pertama saya datang ke desa, semua kalangan tidak memberikan sinyal positif. Hampir 2 bulan pertama saya tengok-tengok, dan berfikir bagaimana cara mengajak masyarakat. Bahkan ada pertemuan yang sedianya disepakati, eh..saat hari H tiba, malah tidak jadi. nggak tahu kenapa?” kenang Eko, pendamping LWD (Lembaga Widya Darma), jaringan ASPPUK di Jawa Timur, saat berbincang dengan penulis, tgl 11/10/2012. Bahkan menurutnya masyarakat di 3 kecamatan di Gresik telah bersedia untuk membentuk organisasi lokal, namun seiring perjalanan waktu, ia bubar dengan sendirinya.
Sampai akhirnya, Eko bertemu dengan Khulub, perempuan yang memang aktif di kegiatan desa, termasuk yang membidani P3K, untuk menggagas apa yang terbaik bagi kesejahteraan perempuan desa Pangkah Kulon, kecamatan Ujung Pangkah, Gresik. Awalnya eko tidak mudah meyakinkan Khulub tentang gagasan pemberdayaan perempuan melalui pengembangan ekonomi dan politik. “Awalnya, saya juga seperti masyarakat di sini yang apatis terhadap peran LSM atau pihak luar. Karena selama ini peninggalannya tidak langgeng. Namuan lambat laun, saya mulai tertarik. Apalagi saat saya diudang ASPPUK untuk mengikuti konsolidasi JARPUK se Jawa, dimana saya bertemu dengan kader JARPUK dari kabupaten lain, akhir desember 2011. Saya seperti mendapat energi dari teman-teman bahwa perempuan ternyata mampu kalau ada kemaun,” cerita Khulum dengan berkaca-kaca. Dari pertemuan Solo, ia menceritakan kepada teman-teman desanya apa yang didengar dari jaringan perempuan di tempat lain. Keyakinannya untuk menggagas organisasi dengan perempuan lain makin kuat, sampai akhrinya berdirilah LKP (lembaga keuangan perempuan) Sumber Rejeki. LKP diambil sebagai nama organisasi untuk menghindari kenangan masyarakat akan organisasi perempuan yang sudah ada dan tidak berjalan.
Kini, 8 bulan telah berlalu dan jumlah KPUK berkembang menjadi 6 kelompok. Dahulu saat berdiri, LKP memiliki 8 orang anggota, kini ia mempunyai 80-an orang. Permodalan yang dipunyai secara mandiri pun bertambah menjadi Rp 6 juta dan itu terus bertambah seiring pertambahan anggota. Modal LKP itu murni berasal dari dana anggota LKP yang dikumpulkan pelan-pelan yang dimanfaatkan untuk keperluan modal usahanya. Kepercayaan dari bebagai kalangan tumbuh kepada LKP. Pihak desa kini mulai melirik keberadaan LKP. PKK yang dulu tidak pernah menyertakannya di setiap acaranya, kini sudah menawarkan kader LKP menjadi salah satu pokjanya. Organisasi nelayan pun pernah berucap bahwa mereka tertarik untuk menanamkan modalnya di LKP. Menurutnya jarang ada lembaga permodalan masyarakat di kec. Ujung Pangkah, yang bisa langgeng dan berdiri di atas permodalan sendiri. Undangan-undangan pihak luar seperti; Patiro, Kopwan, organisasi nelayan, mulai melibatkan LKP Sumber Rejeki dalam kegiatanya. Bahkan LKP telah beraudiensi dengan DPR dari fraksi Golkar tentang keberadaanya, dan ia mengapresiasi dengan memberikan informasi tentang program KUR (kredit untuk rakyat).
Ditengah aura positif yang sedang menggelayuti LKP Sumber Rejeki, kini setumpuk pekerjaan rumah menanti. Pertemuan kelompok yang sedianya menjadi agenda rutin, belum mendapat perhatian pengurus KPUK. Penataan administrasi LKP sedang mendapat perhatian pengurus dan pendamping di sisi lain. Cita-cita akan kemandirian perempuan yang bermula dari desa Pangkah Kulon, kec. Ujung Pangkah, bisa mewabah ke desa lain di kab. Gresik. Kini, perempuan di desa tetangga mulai tertarik untuk difasilitasi KPUK. Semoga arus berubahan terus bergerak di Gresik…. (Dilaporkan M. Firdaus, Deputy SEN ASPPUK).