Rumah sakit umum Soedarso Pontianak makin tidak ramah bagi warganya. “Mungkin bila semua masyarakat Pontianak ditanya tentang pelayanan rumah sakit, hampir 99% pasti menjawab pernah di”dholimi” dan sakit hati dengan pelayananya. Namun mereka seperti terdiam. Tidak mau perpanjang masalah ”, ungkap Reny H. Hidjazie, di sela-sela dialog antara anggota DPR RI, dapil kota Pontianak dan sekitarnya, Carroline Margaret Natasha dengan masyarakat Pontianak, yang terdiri; kelompok perempuan, tokoh masyarakat, kader posyandu, kepala desa, LSM, pengurus PNPM, dsb. Pertemuan yang difasilitasi PPSW-Borneo berlangsung di hotel Orchard, Pontianak, 22 Februari 2013, saat bersamaan dengan kunjungannya menemani mentri koordinator kesejahteraan sosial RI (Menko Kesra) Agung Laksono.
Seperti ada yang mengawali atau memantik api, kontan berbagai keluhan khususnya bidang kesehatan yang berfokus buruknya pelayanan rumah sakit umum, muncul saat dialog. “Pengalamanku saat berhubungan dengan pelayanan kesehatan di Soedarso itu bertele-tele. Bahkan kalau tidak dikasih pelican dulu, maka pelayanana lelet. Kesannya mereka ogah-ogahan”, curhat Naomi, dari serikat perempuan Katulistiwa. Kekesalan dan keluhan tentang pelayanan kesehatan di rumah sakit umum daerah saling bersahutan. Hampir semua peserta di dialog dengan anggota DPR RI itu memiliki pengalaman serupa dengan model yang berbeda. Bahkan Rita, warga Banjar Serasan, kec. Pontianak Timur menyampaikan penuh emosi. “Saya melihat dengan kepala sendiri bagaimana petugas rumah sakit membantu melahirkan seorang ibu dengan prosuder yang tidak benar. Seperti dioperasi tapi bukan pengoperasian, hanya menggunakan gunting saja. Kalau begitu mendingan dioperasi saja”, timpal Rita dengan nada terengah-engah sambil berdiri.
Melihat dan mendengar itu, dr. Caroline Margaret Natasha, geregetan. Itu terlihat dari wajah dan sorot matanya yang terbawa emosi. “Saya dari dulu sudah tahu tentang hal ini. Tapi memang rumah sakit soedarso itu sulit sekali dibenahi. Hampir 60% pegawai disana bukan tenaga medis, namun administrator. Semua pelayanan harusnya gratis, karena sudah disubsidi pemerintah pusat dan daerah. Meski tidak langsung menjadi tugas dewan, sebagai anggota Dewan saya berjuang keras untuk ikut membenahinya dengan berbagai cara ”, jelas Carroline, komisi IX, yang putri Gubernur Kalbar. Karena dokter, ia juga memahami betul lika-liku dunia medis dan pelayanan rumah sakit. Ia melanjutkan jawabannya bahwa ia akan menulis surat kepada ruma sakit untuk segara membenahi kondisinya. Ia juga meminta masyarakat – melalui PPSW-Borneo — untuk mengkoordir keluhan dan pengalaman tidak menyenangkan selama ini. Dengan tegas, melalui posisinya sebagai anggota DPR RI ia akan meminta direktur rumah sakit Soedarso untuk menemui masyarakat guna mendengar langsung keluhannya. Sehingga masyarakat dan LSM mendesak dari luar, ia akan menekan melalui kelembagaan dengan surat resmi.
Selain kesehatan, masyarakat juga mencurhatkan program bantuan permodalan dan pelatihan dalam APBD dan nasional, namun kelompok perempuan tidak pernah merasakannya. “Yang mendapat bantuan umumnya memiliki hubungan dengan dinas. Bahkan saya pernah mendapat informasi tentang suatu program pelatihan salon, eh malah dinas kerjasama dengan salon-salon yg ada dengan kesepakatan. Makanya ada baiknya PNPM diberikan kepada kelompok yang benar. Mohon dilewatkan melalui lembaga seperti PPSW biar bertanggung jawab”, kata bu Rayati, warga Pontianak. Keluhan Rayati mewakili perempuan penghasilan rendah lain di dialog atas upaya penanggulangan kemiskinan melalui pengembangan ekonomi, namun berkendala. Anggota DPR RI dari fraksi PDIP itu, langsung bernisiatif untuk memfasilitasi masyarakat untuk bertemu dengan direktur Bank Kalbar. Menurutnya bank harus mempunyai perhatian kepada peningkatan kesejahteraan rakyat melalui program CSR.
Itulah bagian hikayat perjalan anggota DPR RI saat bertemu konstituennya. Saat semua kanal buntu untuk mendorong peningkatan kesejahteraan rakyat, “kuda-kuda senayan” bisa ditunggu trobosannya. Meski selama ini, perkumpulan di senayan menjadi sasaran kritik masyarakat karena posisinya yang tidak mencerminkan sebagai wakil rakyat. Mungkin karena sudah dekat 2014, sehingga bertindak manis. Apapun lah, perlu diapresiasi. Patut ditunggu terobosan lainnya.(diberitakan ids)