Bulan Budaya Lombok Sumbawa atau disingkat BBLS diadakan setiap tahun oleh Pemerintah Provinsi NTB. Namun di tahun ini, terhitung mulai tanggal 19 sampai dengan tanggal 23 agustus 2015 diadakan pameran tenun bertempat di taman Mayure – Mataram.
Acara BBLS mempunyai misi khusus yaitu untuk menghidupkan kembali gairah pengrajin Tenun NTB. Dalam acara tersebut dibuka secara resmi oleh Gubernur NTB dengan tema RAGAM PESONA TENUN TRADISIONAL NTB – MENUJU PASAR GELOBAL “SEHELAI KAIN PENUH MAKNA KELUHURAN NILAI DAN KEUNGGULAN EKONOMI“.
Dalam acara puncak( tanggal 24 agustus 2015) ditampilkan beragam acara dimulai dengan atraksi kesenian/tarian putri mandalika, peragaan busana, seminar serta dialog pelaku usaha tenun dengan desainer nasional Bahril Asmara dan Dian Pelangi, sementa acara seminar menampilkan pembicara antara lain: Ibu OKE Hatta Rajasa ketua CTI, Desainer Mas Ari, Anggota DPD RI ibu Diah Ganefi serta kapala Disperindag Propinsi NTB.
Sedangkan tempat yang dipilih dalam acara ini adalah jalan tenun kelurahan Mayure mataram, sebagai daerah pengrajin tenun terbesar di pulau Lombok. Dinamai jalan tenun begitu kawasan tersebut dikenal, karena dulunya jalan tenun ini pernah menjadi ‘buah bibir’ dan orang yang datang ke Lombok pasti menyempatkan diri datang ke tempat “Slamet Riyadi”. Nama usaha ini sangat terkenal pada era 70-an dan 80an, sampai pernah memiliki tenaga kerja sebanyak 300 orang yang berasal dari masyarakat sekitar. Saat ini usaha slamet riyadi dikelola oleh generasi keduanya sebut saja Darney.
Selain kegiatan tersebut di atas, acara ini juga dimeriahkan oleh masyarakat yang ikut dalam pameran berbagai jenis Tenun maupun hasil pengembangan tenun itu sendiri berupa sepatu, tas dan asesoris lainnya. Hal ini bertujuan untuk mengenalkan produk tenun NTB pada umumnya serta meningkatkan usaha yang dirintis oleh para penenun tersebut.
Dari beragam tenun yang ikut dalam pameran tersebut, salah satunya adalah Tenun hasil Pewarnaan alam yang mungkin saat ini belum begitu meluas di kalangan masyarakat, namun menjadi sebuah keunggulan tersendiri diantara begitu banyak tenun songket dengan berbagai motif. Hal ini disebabkan oleh banyaknya tenun dengan bahan sintetis yang diproduksi secara masal oleh para pengrajin. Kondisi dan perkembangan ini telah membawa angin segar bagi perkembangan kain tenun alam untuk kedepannya. Semoga saja trend pewarna alami ini, bisa membuat NTB dikenal kembali sebagai pengrajin tenun yang ‘belum usang di makan usia’ Amin…..(atn-ppk)