Penandatanganan kontrak kerja antara ASPPUK (Asosiasi Pendamping Perempuan Usaha Kecil Mikro) dan Maybank Foundation yang ditanda tangani oleh Mia Ariyana sebagai Sekretaris Eksekutif Nasional (SEN) ASPPUK, Esti Nugraheni sebagai Ketua Umum Yayasan Maybank Foundation Indonesia, Ahmad Faezal Mohamed sebagai Head CR & Maybank Foundation Secretariat Malaysia, Anindita Widyasari sebagai Ketua I Yayasan Maybank Foundation Indonesia dan di saksikan oleh Ahmad Hilmi Hasyim sebagai Project Manager & CR International Maybank Foundation Malaysia. Penandatanganan ini dilaksanakan pada hari Senin, 11 Januari 2016 di ruang meeting Maybank Faundation Indonesia Sentral Senayan III Lantai 25, Senayan, Jakarta Selatan.
Kontrak kerja antara ASPPUK dan Maybank Foundation yang diberi nama “Maybank Women Eco Weavers” adalah pilot project yang dilaksanakan di 2 negara yaitu Indoneisa dan Kamboja. Project ini bertujuan untuk mendorong penggunaan bahan pewarna alami pada produksi tenun serta menciptakan penenun yang memiliki kepekaan terhadap lingkungan. Disampingitu, kerjasama ini juga bertujuan untuk meningkatkan pendapatan rumah tangga penenun serta melakukan advokasi terhadap pemerintah lokal agar membantu penenun mempromosikan tenun lokal yang ramah lingkungan.
Dari program ini, diharapkan akan muncul penenun-penenun baru dari generasi muda yang peduli lingkungan. Program ini akan menjadi media bertukar pengalaman antara penenun di masing-masing wilayah sasaran serta berbagi pengetahuan mengenai jenis-jenis tanaman pewarna, teknik produksi dengan motif lokal yang diminati pasar serta teknik pencelupan warna alami.
Program ini merupakan komitmen baru dari Maybank Malaysia setelah Program dukungan Microfinance untuk penenun berakhir. Program ini diadakan di 2 Provinsi, 4 kabupaten yaitu :Provinsi Sumatera Barat (Kabupaten Sawah Lunto dan Kabupaten Tanah Datar) dan Provinsi Nusa Tenggara Barat (Kabupaten Lombok Timur dan Kabupaten Lombok Tengah). Program ini akan berjalan selama 3 tahun dengan target 400 penenun baru.
Kerjasama “Maybank Women Eco Weavers” di latarbelakangi oleh kurangnya industri tekstil yang menggunakan bahan dasar alami, mahalnya harga benang sintetis, rendahnya pengetahuan penenun untuk membuat inovasi produk, kurangnya ketertarikan generasi muda terhadap tenun, keterbatasan pengetahuan terhadap sumberdaya alam dan varietas yang dapat digunakan sebagai pewarna alami serta sistem pasar untuk produk tenun yang belum mendukung. Program tenun pewarnaan alami ini merupakan program yang saling menunjang dan melengkapi antara program tenun yang telah dibiayai oleh Uni Erpa sebelumnya.
Dengan adanya kerjasama ini diharapkan akan meningkatkan pengetahuan penenun, mengangkat kearifan lokal tentang pewarna alami, meningkatkan pendapatan rumah tangga penenun, meningkatkan produktivitas penenun serta meningkatkan akses penenun terhadap bank. Semoga kerjasama ini dapat berjalan lancar dan mencapai hasil-hasil yang positif sesuai harapan bersama. (wira)