Pandemi COVID-19 sempat membuat langkah ASPPUK (Asosiasi Pendamping Perempuan Usaha Kecil Mikro) terhenti. Upaya lobi dan kampanye Pangan Bijak secara tatap muka, terpaksa mati suri. Namun, mitra Hivos untuk program SD4ALL (Sustainable Diets for All) ini tidak terus berdiam diri. ASPPUK melakukan evaluasi dan berbenah diri, agar ketika pandemi berakhir, ASPPUK siap beraksi lagi dengan strategi yang lebih mumpuni.
Pembatasan kegiatan temu muka menginspirasi ASPPUK untuk berimprovisasi melakukan lobi dan kampanye dengan cara berbeda, diantaranya melalui media daring. Namun ASPPUK menyadari bahwa kapasitas tim masih harus ditingkatkan terutama terkait keterampilan dokumentasi foto dan video, serta berpromosi melalui media sosial (medsos). Maka, dengan dukungan Hivos, ASPPUK mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan utama untuk meningkatkan kapasitas timnya. Akhirnya, fotografi, videografi dan pemasaran secara daring menjadi tiga topik pelatihan utama yang digelar ASPPUK.
“Dalam situasi pandemi ini, kampanye lewat media daring dengan menggunakan foto dan video, adalah bentuk paling efektif untuk menyuarakan aspirasi komunitas dalam mewujudkan kedaulatan dan keadilan pangan yang inklusif ke semua pihak,” jelas Salmiah Ariyana, Direktur Eksekutif ASPPUK.
Meningkatkan Keterampilan Fotografi, Videografi dan Pemasaran
Memahami pentingnya pelatihan ini dan untuk memastikan keterampilan yang dilatih dapat sungguh-sungguh diterapkan dalam pekerjaan sehari-hari, ASPPUK mendesain kegiatan ini dalam dua bentuk yaitu pelatihan dan pendampingan. Kedua hal ini dilakukan secara daring sepanjang Juni 2020 kepada tim kerja ASPPUK. Mereka adalah para pendamping masyarakat di wilayah-wilayah dampingan ASPPUK yang tergabung dalam program Pangan Bijak Nusantara (SWITCH Asia Local Harvest). Jurnalis foto Ayi Noe, sutradara film dokumenter Tommy Almijun Kibu dan social influencer serta penulis lepas Prita HW menjadi pelatih dan pendamping kegiatan ini.
Pelatihan fotografi terbagi dalam dua sesi yang difokuskan pada teknik pengambilan foto produk dan foto liputan kegiatan. Sesi pertama membekali peserta dengan keterampilan menghasilkan foto-foto produk Pangan Bijak yang menarik dan layak unggah di media sosial. Produk-produk yang menjadi fokus pelatihan ini adalah gula aren dari Kabupaten Kolaka, produk olahan ikan dari Kabupaten Konawe dan Kota Kendari, minyak kelapa murni atau virgin coconut oil (VCO) dari Kabupaten Buton Utara dan Kepulauan Nias, garam krosok dari Kabupaten Rembang serta beras merah dan beras hitam dari Kabupaten Mempawah, Kapuas Hulu, Kubu Raya dan Sanggau, Kalimantan Barat.
Di sesi kedua, peserta mempelajari teknik-teknik foto peliputan kegiatan. Dengan cara ini, peserta diharapkan dapat mendokumentasikan setiap kegiatan pendampingan, atau proses produksi yang dilakukan kelompok binaan ASPPUK di setiap wilayah.
Selesai dengan keterampilan fotografi, ASPPUK langsung membekali tim kerjanya dengan pelatihan videografi. “Kami menyadari pentingnya media edukasi dalam bentuk video maupun film dokumenter, yang mampu menceritakan proses produksi Pangan Bijak yang dilakukan oleh kelompok dampingan kami, mulai dari pengambilan bahan baku hingga pemasaran produk,” ucap Salmiah.
Pelatihan ketiga yang diterima tim kerja ASPPUK adalah keterampilan memasarkan produk melalui situs daring atau media sosial Facebook dan Instagram. Materi pelatihan ini mencakup bagaimana cara menulis dan menyampaikan konten yang baik, menarik dan bernilai promosi tinggi sehingga konten tersebut tersebar luas dan dapat dimanfaatkan secara optimal untuk mempromosikan produk-produk Pangan Bijak.
Peserta juga memperoleh pengetahuan tentang cara-cara membangun reputasi produk dan lembaga, melalui pelatihan membuat profil lembaga, menceritakan nuansa dan ciri khas produk serta mengubah akun pribadi menjadi akun bisnis. Dengan cara ini, lembaga dampingan ASPPUK diharapkan memperoleh kepercayaan publik terhadap produk-produk yang mereka pasarkan. Untuk memastikan efektivitas kegiatan pemasaran yang dilakukan, mereka juga dibekali teknik-teknik memanfaatkan tagar, memonitor jangkauan unggahan, tips-tips untuk meningkatkan interaksi dengan follower mereka, serta waktu-waktu terbaik untuk mengunggah konten.
Pelaksanaan kegiatan ini bukan tanpa tantangan. Karena dilakukan secara daring, peserta mengaku agak kesulitan. “Pemahaman setiap orang kan beda-beda. Ada yang cepat paham, ada yang terkendala karena telepon genggamnya. Kalau berhadapan langsung dengan pemateri, kita akan lebih paham,” kata Marleni, salah satu peserta dari lembaga Aliansi Perempuan (ALPEN) Sulawesi Tenggara.
Namun, kesulitan itu tidak menyurutkan semangat. Terbukti ada 36 peserta pelatihan yang setia mengikuti tiga pelatihan hingga akhir. Hartaty dari ASPPUK bahkan menyiapkan beberapa perangkat seperti telepon genggam dan dua laptop sekaligus agar pelatihan bisa berjalan lancar dan efektif.
Siap Bekerja dengan Lebih Percaya Diri
Selepas pelatihan, tim kerja ASPPUK terus didampingi. Mereka harus melanjutkan praktik pengambilan foto dan dokumentasi video sebagaimana telah diajarkan. Pelatih pun mendampingi mereka dalam mengolah foto hasil jepretan mereka, mengemas video secara lebih apik, termasuk menuliskan keterangan foto yang akan dimuat di media sosial. Kemampuan peserta dipertajam agar mampu menyusun konten media sosial secara lebih menarik dan bernilai jual tinggi.
Apa manfaat pelatihan-pelatihan ini untuk tim kerja ASPPUK? “Teman-teman menjadi sadar akan pentingnya dokumentasi foto dan video, serta penyusunan pesan yang menarik untuk mendukung pola produksi dan konsumsi pangan bijak yang lebih lokal, adil, sehat dan lestari,” ucap Salmiah.
Menurut Salmiah, tim kerjanya juga menjadi lebih percaya diri dalam menampilkan konten-konten promosi produk Pangan Bijak melalui media sosial. Dan keterampilan ini memang amat diperlukan untuk UMKM di Indonesia pada umumnya untuk menjawab tantangan kampanye di masa pandemi ini.
Bagi Marleni, pelatihan-pelatihan ini benar-benar menjawab kebutuhannya. “Semua materinya bagus. Saya suka semua karena sesuai dengan kebutuhan orang lapangan,” katanya. Sekarang Marleni dan tim pendamping ASPPUK sudah mulai mempraktikkan keterampilan yang diterima dalam pelatihan dalam mendampingi masyarakat di desa.
Dampak positif keterampilan ini tentunya akan menjangkau kelompok-kelompok binaan ASPPUK yang terdiri dari kurang lebih 3,770 perempuan pengusaha kecil/mikro yang tersebar di Provinsi Sulawesi Tenggara (Kabupaten Kolaka, Konawe, Buton Utara dan Kota Kendari), Provinsi Jawa Tengah (Kabupaten Rembang), Provinsi Sumatera Utara (Kabupaten Nias, Nias Barat, Nias Utara, Nias Selatan, dan Gunung Sitoli. Serta Provinsi Kalimantan Barat (Kabupaten Kapuas Hulu, Mempawah, Sanggau, dan Kubu Raya). Mereka inilah yang memiliki potensi amat besar untuk mendukung keberhasilan Pangan Bijak Nusantara.
Sebagai tindak lanjut dari pelatihan ini, para pendamping dan anggota dampingan sedang menyusun strategi kampanye dan pemasaran produk melalui pengelolaan dan penggunaan media sosial seperti WhatsApp, Instagram dan Facebook. ASPPUK akan menjadikan hasil praktek dari pelatihan foto, video dan pemasaran melalui media sosial ini sebagai bahan kampanye Pangan Bijak Nusantara kepada pemerintah dan pemangku kepentingan lainnya.
Kampanye Pangan Bijak Nusantara diharapkan meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang prinsip-prinsip pangan yang lokal, sehat, adil dan lestari. Masyarakat didorong untuk mengadopsi pola konsumsi, produksi, dan distribusi yang berkelanjutan, sehingga bahan pangan yang sehat dan bergizi tersedia cukup bagi masyarakat saat ini dan generasi selanjutnya.