Penguatan sistem pangan lokal penting untuk mendukung ketahanan pangan di masa pandemic Covid-19. Tradisi pola produksi dan konsumsi pangan penduduk Indonesia yang beragam, sesuai kekayaan sumber daya lokal yang ditunjang keanekaragaman pangan merupakan kunci ketahanan dan kedaulatan pangan nasional.
Sejak Pandemi Covid 19 terdapat banyak kendala yang dihadapi oleh para penghasil pangan local. Pembatasan mobilitas publik, lockdown maupun karantina wilayah untuk menekan laju penyebaran virus, menyebabkan terjadinya penurunan tenaga kerja di sektor pertanian, ketersediaan bahan baku menjadi berkurang, penurunan output, gangguan transportasi dan logistic, sulitnya promosi dan pemasaran terhadap produk yang dihasilkan, yang kemudian berdampak pada penurunan tingkat pendapatan.
Salah satu masalah krusial yang dihadapi para penghasil pangan local saat ini adalah promosi dan pemasaran produk secara offline (pertemuan tatap muka) terganggu karena adanya pembatasan sosial. Kondisi ini menyebabkan banyak para pelaku usaha kecil mikro juga beralih ke promosi dan pemasaran secara online. Kedua metode pemasaran ini tetap dilakukan meski dalam keterbatasan. Pemasaran online juga memiliki tantangan tersendiri, dimana masih banyak para pengusaha pangan local yang belum memiliki keterampilan dalam promosi dan pemasaran produk secara digital. Literasi digital yang lemah, pemanfaatan media social yang belum maksimal, pembuatan konten-konten marketing seperti foto, video, teks masih kurang menarik.
Oleh karena itu, melalui support Uni Eropa dalam Project Switch Asia Local Harvest, ASPPUK Pada tanggal 12-14 Agustus 2021 melakukan TOT MARKETING , dengan tema: “Membangun Pemasaran Kreatif Pangan Bijak Nusantara yang Berprespektif Gender di Era Revolusi Industri 4.0”.
Dalam pelatihan di hari pertama (12/8) peserta yang merupakan penerima manfaat dalam program Local Harvest di wilayah Rembang, Kalimantan Barat, Nias dan Sulawesi Tenggara mendapat pemaparan materi tentang Pengintegrasian Nilai-Nilai 3P dalam Bisnis Usaha dan yang difasilitasi oleh Mia Ariyana Dewan Pengurus Nasional ASPPUK dan MH Firdaus Staf Ahli ASPPUK.
Dalam pelatihan tersebut Mia menyebut Model Bisnis kedepan adalah mengadopsi nilai-nilai 3P. P pertama adalah Planet, People, Profit. “Kalau dalam bisnis memang harus untung namun tetap rasional. Nilai-nilai 3P dalam wujud yang konkret. ASPPUK pernah menerapkan nilai-nilai 3P, makna 3P dimana bisnis harus sadar lingkungan, harus punya perspektif bahwa manusia adalah asset” Ungkap Mia. Di Pelatihan hari kedua juga dipaparkan tentang Bisnis model Canvas dan peserta diajak mempraktekkan di dalam bisnisnya yang difasilitasi oleh Staf Ahli ASPPUK MH Firdaus.
Hari pertama peserta juga mendapatkan materi dari Direktur Eksekutif ASPPUK Emmy Astuti tentang “Peran dan fungsi E-Market dalam mendukung produk lokal”. Dalam pemaparannya Emmy menyebut bahwa selama pandemi banyak pelaku UMKM akhirnya menyadari bahwa di dalam kondisi seperti saat ini, suka-tidak suka mau tidak mau pelaku UMKM harus bisa mulai beradaptasi berjualan melalui pemasaran elektronik atau e marketing. “Meski pandemi telah berakhir sepertinya penjualan online tetap akan makin IN karena di zaman sekarang ini semua hal serba digital, semua dilakukan secara online dan makin meluas dan kita sebagai pelaku UMKM harus cakap digital untuk mengambil peluang tersebut dengan cara terus belajar menggunakan gadget pintar, belajar menguasai platform E-commerce yang sudah menjamur, ikut pelatihan jika ada kesempatannya” ungkap Emmy.
Hari Kedua dan Ketiga Peserta mendapatkan materi dan mempraktekkan tentang Publik Speaking untuk menjual produk secara offline (door to door People to People) materi tersebut di bawakan Oleh Prita HW, Praktisi Public Speaker The Jannah Institute dan Influencer.
Di materi yang disampaikan Prita, Peserta juga belajar tentang bagaimana praktek mengembangkan produk melalui Facebook, Instagram, Whatsapp dan Youtube. Belajar tentang bagaimana memasarkan produk melalui aplikasi sosial media tersebut sehingga mampu meningkatkan penjualan produk pangan lokal di daerah mereka agar mampu dikenal lebih luas lagi pasarnya.
Pelatihan Digital Marketing 3 hari ini merupakan bentuk kegiatan ASPPUK yang merupakan bagian dari konsorsium Pangan Bijak Nusantara, ASPPUK bersama mitra-mitra lainnya seperti Hivos, WWF, NTFP-EP dan AMAN (didukung oleh Uni Eropa) dalam proyek Local Harvest, menargetkan adanya pergeseran pola konsumsi yang signifikan terhadap produk makanan yang berasal dari sumber yang berkelanjutan dan etis di Indonesia melalui promosi sistem pangan lokal, berkelanjutan/ramah lingkungan, sehat dan berkeadilan bagi produsen dan konsumen.
Pendampingan di wilayah kerja ASPPUK-Local Harvest, diantaranya Sulawesi Tenggara; di Kabupaten Kolaka mendampingi kelompok produsen Gula Aren, Kabupaten Konawe mendampingi kelompok produsen Ikan Asin, Kabupaten Buton Utara dengan mendampingi kelompok produsen VCO, serta Kota Kendari dengan mendampingi kelompok produsen pengolahan ikan dan sagu), Kabupaten Rembang mendampingi kelompok produsen Garam Krosok, Sumatera Utara (Kabupaten Nias Selatan, Kabupaten Nias Barat, Kota Gunung Sitoli) mendampingi kelompok produsen perempuan yang memproduksi VCO, serta di Kalimantan Barat (Kabupaten Kapuas Hulu, Kabupaten Sanggau, Kabupaten Mempawah dan Kabupaten Kubu Raya) mendampingi kelompok produsen pengolah Beras merah dan Beras Hitam, ASPPUK mendorong kelompok perempuan penghasil pangan Local untuk mengolah dan memproduksi Pangan Lokal, Adil, Sehat dan Lestari agar terjadi perubahan sosial ekonomi perempuan ke arah yang lebih baik dengan tetap mempertahankan tradisi dalam hal ketahanan pangan dan keanekaragaman pangan di tengah derasnya arus modernisasi. Peran penting perempuan sebagai penentu pola makanan dan kesehatan keluarga sangat menentukan kualitas hidup keluarga dan kualitas hidup bangsa.