Ilustrasi penyebab lapisan ozon menipis(shutterstock.com)
Jakarta, APPUK — Tahun ini, Protokol Montreal genap berusia 35 tahun yang bertepatan dengan Hari Ozon Sedunia. Peringatan tahun ini mengusung tema “Montreal Protocol @35: global cooperation protecting life on earth” atau “35 tahun kerja sama global menjaga kehidupan di bumi”.
Umat manusia akan mengingat Protokol Montreal sebagai upaya kolektif dalam mengatasi salah satu ancaman terbesar yang pernah dihadapi mahkluk Bumi, yakni penipisan lapisan ozon. Secara bertahap, kerjasama multilateralisme dan kerja sama global yang efektif berhasil menghapus gas-gas ini secara bertahap.
Secara khusus, United Nations Environment Programme (UNEP) menyampaikan bahwa hampir 99% bahan perusak ozon telah dihapuskan dan lapisan ozon berangsur-angsur pulih. Hal tersebut menandakan bahwa kerja sama global telah membuahkan hasil.
Senada dengan itu, Direktur Eksekutif ASPPUK Emmy Astuti mengingatkan bahwa momentum Hari Ozon Sedunia harus dimaknai sebagai semangat baru bagi semua orang untuk terus merefleksikan diri dalam upaya menekan dampak perubahan iklim, melalui pengurangan konsumsi Hidrofluorokarbon (HFC).
ASPPUK yang selama ini aktif mendampingi Perempuan Usaha Kecil Mikro (PUK) agar kuat, mandiri, setara dan berkeadilan gender serta inklusif menyadari bahwa peringatan Hari Ozon tahun ini telah meluas hingga ke ranah perubahan iklim.
“Untuk itu, diperlukan aksi kolaborasi, kemitraan, dan kerja sama di tingkat tapak untuk menjawab tantangan perubahan iklim dan melindungi Bumi bagi generasi mendatang,” ujarnya.
Untuk itu, membangun jaringan kerja dan gerakan PUK yang setara dan berkeadilan gender serta inklusif harus diwujudkan dalam bentuk produk yang ramah lingkungan.
“Bentuk ramah lingkungan, salah satunya dengan membeli produk ramah ozon, berlabel ozone friendly atau free CFC, ” ungkap Emmy.
Selain itu, para perempuan dampingan ASPPUK sebaiknya beralih menggunakan bahan-bahan fumigasi atau pengolah tanah yang tidak lagi mengandung metil bromid.
“Karena bahan tersebut mengandung unsur-unsur yang berdampak buruk bagi lapisan ozon,” ujarnya.
Tak hanya itu, ASPPUK juga telah menerapkan prinsip ramah lingkungan seperti menjalankan program eco office ditandai dengan penggunaan peralatan kantor yang ramah lingkungan.
“Peralatan seperti AC, dispenser, kulkas, dan tabung pemadam kebakaran serta produk-produk lainnya menggunakan bahan yang lebih ramah ozon,” terang Emmy.
Lebih jauh, Emmy mengatakan bahwa lapisan ozon merupakan perisai gas yang melindungi Bumi dari bagian berbahaya sinar matahari, sehingga kehidupan di planet bisa lestari.
“Penghapusan dan pengurangan bahan perusak ozon tidak hanya membantu melindungi lapisan ozon, tetapi juga berkontribusi signifikan terhadap upaya global mengatasi perubahan iklim,” ungkapnya.
Upaya tersebut telah melindungi kesehatan manusia dan ekosistem dengan membatasi radiasi ultraviolet yang berbahaya mencapai Bumi.
Protokol Montreal
Tema Hari Ozon Sedunia tahun ini berkaitan dengan Protokol Montreal yang merupakan kerja sama global untuk melindungi kehidupan di Bumi. Protokol Montreal merupakan traktat internasional yang dirancang untuk melindungi lapisan ozon dengan meniadakan produksi sejumlah zat yang diyakini bertanggung jawab atas berkurangnya lapisan ozon.
Traktat itu ditandatangani pada 16 September 1987 dan berlaku sejak 1 Januari 1989. Sejak itu, traktat tersebut telah mengalami lima kali revisi, yaitu pada 1990 di London, 1992 di Kopenhagen, 1995 di Vienna, 1997 di Montreal dan 1999 di Beijing.
Sebagai hasil dari perjanjian internasional, lubang ozon di Antartika secara perlahan telah pulih. Proyeksi iklim menunjukkan bahwa lapisan ozon akan kembali ke tingkat 1980 antara tahun 2050 dan 2070.
Karena tingkat penerapan dan implementasi yang luas, traktat ini dianggap sebagai contoh kesuksesan kerjasama internasional. Traktat secara khusus difokuskan pada beberapa kelompok senyawa hidrokarbon halogen yang diyakini memainkan peranan penting dalam pengikisan lapisan ozon. ***