Malam Penganugerahan ASPPUK : Penghargaan untuk Kerja Jurnalis dan Konten Kreator Mengangkat Suara Komunitas dan Bisnis Berkelanjutan

Asosiasi Pendamping Perempuan Usaha Kecil ( ASPPUK) mengadakan acara Malam Penganugerahan Fellowship Jurnalistik dan Lomba Video Kreatif di Jakarta, Rabu 24 Juli 2024. Malam penganugerahan didedikasikan untuk memberikan dukungan yang lebih kuat lagi kepada para jurnalis dan konten kreator.

Direktur Eksekutif Emmy Astuti dalam sambutannya mengatakan, “ASPPUK didukung OXFAM dalam proJect The Collaborative, ini bertujuan memperkuat suara komunitas di grassroot, bagaimana mereka bisa menyuarakan dan mengalihkan narasi bisnis eksploitatif menuju bisnis yang lebih berkelanjutan dengan menciptakan aksi nyata dan terukur.”

Untuk mencapai tujuan tersebut, ada dua kegiatan kolaborasi yang dilakukan yaitu Fellowship Jurnalistik dan Lomba Video Kreatif.

Kegiatan Fellowship Jurnalistik yang bertajuk Perempuan, Bisnis Berkelanjutan dan Perubahan Iklim sendiri telah berlangsung pada bulan Maret s/d Mei 2024. ASPPUK bekerjasama dengan AJI Indonesia dan Konde.co. Ada 90 jurnalis yang mengirimkan proposal, dan 15 terpilih untuk kemudian menuliskan artikel maupun video jurnalistik.

Emmy menyoroti besar peran media, jurnalis dalam menyuarakan cerita-cerita dari tapak.” Itulah komitmen dengan kawan jurnalis sebagai pilar demokrasi. Dari tiga lembaga kita sebagai CSO sangat berharap dengan pers. Butuh pers untuk menggaungkan kehidupan kelompok rentan. Keberpihakan ini yang sangat sulit.” ujar Emmy.

Lima belas karya jurnalistik dari seluruh Indonesia memiliki keunikan dan nilai yang luar biasa. “ Tulisan Susi ( Jurnalis Kompas.com biro Sumbawa) satu-satunya yang angkat soal disabilitas. Teguh (wartawan Mongabay) mengaitkan isu perempuan masyarakat adat dengan kebijakan pemerintah. Tulisan mengalir dengan jurnalisme sastrawi dan perlu dikembangkan.
Perlu komitmen dan kolaborasi terkait isu kerja-kerja kita. “ imbuh Emmy.

Luviana, Pemimpin Redaksi Konde.co yang juga salah seorang juri fellowship hadir membawa perspektif ekofeminisme ke fellowship ini. “ Tidak mudah menerjemahkan ekofeminisme dalam liputan. Kalau semua perempuan mencari sampah, sementara harus dikaitkan dengan bisnis berkelanjutan berperspektif gender. Ini harus dikaitkan dengan ekonomi berkelanjutan dan perubahan iklim.” sebut Luviana.

Sementara itu, Bambang Muryanto, jurnalis senior asal Jogja yang juga menjadi juri, mengapresiasi kerja-kerja organisasi maupun media dalam me mainstreamkan’ isu lingkungan maupun perubahan iklim.

“Program kerja sama ASPPUK, Konde, dan AJI meningkatkan keragaman isi dari media yang selama ini media mainstream lebih monoton. Jarang melihat peran perempuan dalam berusaha yang mendukung mitigasi perubahan iklim. Karya ini bisa mengisi kekosongan di sana. Menjadi karya inspiratif. Sebab banyak perempuan berada di garis depan dalam mitigasi perubahan iklim.” tandas Bambang.

Pada acara Malam Penganugerahan ini hadir secara langsung jurnalis penerima fellowship Teguh Suprayitno, Dini Jembar Wardani (Greeners.co) dan Kasmawati, mewakili kelompok muda dampingan ASPPUK dan juga petani rumput laut. Selain itu jurnalis Susi Gustiana dan Fahria (TVRI Sulawesi Selatan) hadir secara daring. Mereka berbagi keluh kesah dan besar harapan mereka agar isu isu lingkungan, cerita dari tapak bisa lebih banyak mendapat ruang.

“Tantangannya mulai dari diri kita sendiri bahwa jurnalis adalah pembela HAM. Isu minoritas sangat luar biasa. Mendapat stigma dari teman jurnalis. Dengan kesadaran ini kita akan tetap menyuarakan meski tantangannya berat. Secara internal media juga menganggap isu ini second isu. Kadang suka kirim pagi banget tapi ditayangkan malam. Empati harus ditanamkan bahwa semua bisa dapat ruang.” ungkap Susi.

Teguh, jurnalis asal Jambi menyoroti faktor keamanan jurnalis dalam meliput isu lingkungan. ”Saya pernah dibuntuti orang. Ini terjadi pada kasus-kasus tertentu. Selain keberanian juga keberuntungan, apakah aman atau tidak. Pengetahuan meliput dengan aman juga penting. Yang dilakukan AJI penting dan perlu terus dilakukan. Sebab tantangan meliput isu lingkungan ke depan semakin berat. “ kata Teguh.

Kasmawati, anak muda dan petani rumput laut asal Takalar, menjadi ‘bintang’ dalam tayangan video karya Fahria, jurnalis TVRI Sulawesi Selatan. Kesempatan untuk tampil dan menyuarakan apa aksi dan tantangan yang mereka hadapi sebagai petani rumput laut di tengah perubahan iklim, diharapkan bisa merubah nasibnya. “ Pas diliput ibu ibu petani rumput laut sangat senang. Pemerintah belum ada dukungan sampai saat ini. Mereka masih terikat dengan pengepul. Mau tidak mau jual ke pengepul walau harga standar. Sangat berharap dengan adanya liputan ini semoga harga rumput laut naik lagi. Juga mengharapkan dukungan pemerintah desa. “ ungkap Kasmawati.

Pada kesempatan yang sama, ASPPUK juga menyerahkan hadiah kepada pemenang Lomba Video Kreatif Instagram Reels, kolaborasi ASPPUK bersama Mongabay Indonesia, Mamaserbabisa dan Bumijo.

Ridzki Sigit dari Mongabay Indonesia yang juga salah satu juri mengapresiasi diadakannya lomba ini untuk mendorong pelaku UMKM maupun konsumen mengapresiasi bisnis berkelanjutan.” Sekarang adalah era yang tidak mengharuskan bertemu. Penting peran UMKM memanfaatkan( media sosial) ini. Menemukan lebih dulu kemudian membangun narasi. Untuk beberapa kalangan ini menjadi tantangan. UMKM sebelumnya hanya jualan saja, lalu diminta membuat video. Bukan masalah kualitas videonya. Tapi kita membuka jalan bagi kelompok marjinal untuk ikut mendokumentasikan dengan menggunakan sosial media. “ ujar Ridzki.

Sementara itu, pemenang pertama Lomba Video Kreatif, Adih, mengatakan dirinya tertarik dengan konten yang berkonsep lingkungan karena media tidak mengekspos konten ini jadi hal umum. “ Saya Ingin menjadi influence bagi konten lain untuk dapat membuat konten yang pro lingkungan dan mulai mendalami,” sebut Adi. Berdasarkan hasil penelitian, hampir 170an juta orang sudah punya medsos sehingga jadi peluang penting bagi setiap orang untuk memanfaatkan media sosial, termasuk menjadi platform pemasaran produk UMKM.

Direktur Eksekutif ASPPUK Emmy Astuti mengungkapkan,” Tujuan akhir kita ingin agar pengetahuan, kesadaran publik tentang tantangan perubahan iklim yang sudah nyata di depan mata, ini bisa semakin kuat. Bahwa solusi kreatif kita menghadapi perubahan iklim bisa dimulai dengan mengimplementasikan model bisnis yang lebih ramah lingkungan.” Trend usaha bisnis di dunia telah mengarah kepada bagaimana bisnis bisa menjawab ini, bisa berkelanjutan, bisa menghargai HAM.” Bukan hanya profit tetapi planet juga. Kalau kita selama ini tahunya hanya bisnis oriented, bagaimana mendapat keuntungan yang sebesar-besarnya. Tapi trend bisnis itu mengarah ke sana.” tandas Emmy.