Hari Perdagangan Adil sedunia ( World Fair Trade Day) diperingati setiap sabtu pekan kedua setiap tahunnya. Tahun ini jatuh pada tanggal 13 Mei, mengusung tema, Menata Ulang Ekonomi: Bisnis Regeneratif untuk Masa Depan, untuk kehidupan yang lebih baik.
Bisnis regeneratif adalah bisnis yang memberi kembali lebih banyak kepada planet dan masyarakat kita daripada yang diperlukan. “Fair trade bukan sekedar perdagangan dan bukan kegiatan amal, CSR, kita tetap berdagang dengan prinsip 3P yaitu people (manusia) planet (bumi) dan prosperity (kesejahteraan), “ ujar Ketua Forum Fair Trade Indonesia (FFTI) Netty Febriani, dalam bincang bincang mengenai Perdagangan Adil di Parara (12/5), yang melibatkan Konsorsium Pangan Lokal.
Perdagangan adil memberikan perhatian pada kesejahteraan semua stakeholder, mulai dari produsen, tenaga kerja, bumi, konsumen dan tentunya adil bagi pemilik usaha. Bicara kesejahteraan, pada model bisnis konvensional, kerap kali kesejahteraan produsen dan tenaga kerja diabaikan, sehingga rantai kemiskinan di rantai pasok terbawah menjadi hal yang lumrah.
“Ada hitungan untuk membuat produsen lebih sejahtera. Dengan memberikan kesejahteraan kepada karyawan, petani, kita memerangi kemiskinan. Ya, kita bisa ambil bagian dalam memerangi kemiskinan dengan memberikan upah yang layak bagi karyawan.” jelas Netty.
Para pebisnis didorong untuk mengadaptasi prinsip prinsip bisnis regeneratif untuk menjaga keberlanjutan. Dari aspek lingkungan, produk yang dihasilkan diharapkan memenuhi kriteria, tidak menggunakan bahan kimia, packaging ramah lingkungan, menggunakan bahan yang didaur ulang,,memaksimalkan jejak karbon, konservasi lahan dan lingkungan.
Kemudian dari aspek sosial, kesejahteraan pekerja disokong dari kondisi kerja layak, menolak kerja paksa dan tenaga kerja anak, kesetaraan gender, kebebasan berserikat, dan adanya peningkatan kapasitas dan kemampuan.
Dari segi keuangan, produsen juga diuntungkan karena perjanjian refinancing, ada Down Payment, maksimal batas pembayaran, komitmen jangka panjang, pembayaran adil, jaminan upah standar hidup dan produk digunakan untuk mendukung fair trade.
Namun ada juga tantangan perdagangan berkeadilan. “Belum banyak retail yang menampung produk-produk perdagangan adil, pun banyak produsen yang belum tahu, biaya tinggi, tata kelola organisasi yang dianggap berbelit. “Kemudian karena tidak boleh sembarang pindah produsen, ada order yang mandek, dan karena dikerjakan buru-buru, kualitasnya tidak sesuai.” ucap Netty.
Saat ini ada 17 anggota FFTI. Untuk menjadi anggota, ada proses audit dan penerbitan sertifikat. Idealnya, produksi dari dari hulu sampai hilir harus berprinsip perdagangan adil. Parara merupakan salah satu anggota FFTI.” Kita bagian dari gerakan,mempromosikan perdagangan adil bisa juga lho diterapkan di dalam negeri. “ ujar Crissy Guerrero dari Parara.
Bahwa,pembeli dalam negeri juga mau membayar lebih mahal untuk mendapatkan produk yang diproses secara adil, etis, mensejahterakan produsen, dan baik untuk bumi.