Tenun ikat Sambas kini merangkak naik. Publik pelan-pelan mengapresiasi keberadaanya. Hotel-hotel di daerah Sambas khususnya, dan Kalimantan Barat umumnya, mulai tertarik untuk memajang di etalasenya. Antusiasme pasar tenun otomatis menambah semangat para penenun yang umumnya perempuan, di daerah berjarak 5 jam perjalan dari kota Pontianak tersebut.
Meski budaya penenun telah lama bersemayam di perempuan Sambas, namun program SWIFT Asia kerjasama ASPPUK-Hivos-EU dan Gemawan, turut menggairahkan aktiftas tenun di Sambas. Hal itu terbukti dengan di kirabkan produk tenun songket di kab. Sambas, tgl 12 oktober 2014 lalu. Selanjutnya kain tersebut dibawa ke Pontianak untuk mendapatkan penghargaan rekor Muri sebagai kain tenun songket terpanjang. Adapun ukuran panjangnya mencapai 161 meter yang dikerjakan perempuan penenun kelompok dampingan desa Semberang, binaan Gemawan. Tenun songket Sambas tersebut dikerjakan penenun tanpa putus atau sambungan, dan memakan waktu selama 16 bulan. Kain tersebut di bawa peserta kirab HUT Kota Pontianak ke-243, pada hari selasa tanggal 28 Oktober 2014.
Selain dari pada itu, kain tenun kelompok perempuan juga mendapat penghargaan dari World Craft Council (WCC) Award of Exellence for Handicrafts 2014, yang diadakan CTI. Penghargaan tersebut atas kain tenun bahan pewarna alam dari desa Semberang dan Dusun Keranji, kab. Sambas, dengan bahan warna alam terbuat dari pewarna Bixa fiksasi kapur, Gambir fiksasi kapur dengan motif “Air mata Mengalir“. Yang lainnya terbuat dari bahan gambir fiksasi kapur dengan motif “Bintang“. Semoga penenun-penenun perempuan Sambas terus berkarya, demi kelestarian budaya dan cita-cita mulia yang menjadi nilai dibalik motif kainnya. Semoga. (ids, dari laporan bulanan Gemawan).