“Bapak dan ibu bisa bayangkan, honor guru honorarium SD yang di daerah kami hanya 150 ribu per bulan. Sehingga tak aneh mereka terkadang tidak berada di sekolah….”, ungkap salah satu tokoh masyarakat dusun III, desa Oelpuah, kecamatan Kupang Tengah, kab. Kupang, saat diskusi kampung tgl 28 Juli 2011, di rumah salah satu warganya.
Ungkapan tersebut ditimpali anggota masyarakat lain yang menyatakan bahwa jumlah siswa melebihi kapasitas sekolah, begitu pula posyandu yang masih “nyampur” dengan rumah penduduk, jauhnya lokasi puskesmas, kecilnya honor kader sebesar 15 ribu per tahun, jalan kampung yang selalu rusak setiap habis diperbaiki, sehingga ongkos transport melebihi biaya hidup sehari-hari. Itulah sebagian besar “awan kelam” yang terus menyertai dusun III, desa Oelpuah, kec. Kupang Tengah kab. Kupang.
Dari tahun ke tahun perubahan yang dijanjikan pemerintah tidak pernah menghampiri. Dari hasil analisa musrenbang des tahun 2012 dan APBD 2011 tidak jauh berbeda, yaitu pembangunan di desa Oelpuah tak kunjung diperhatikan. Beribu usulan telah mereka layangkan setiap acara pemerintah, seperti musrenbang, musyawarah PNPM, dan setiap keunjungan aparat pemerintah lainnya ke desa. Namun kondisi dusun yang berada sekitar 20 km dari ibu kota propinsi NTT tersebut tidak banyak berubah. Menurutnya, situasi tersebut karena mereka tidak memiliki wakil rakyat yang berdomisili di desanya, sehingga usulannya jarang didengar pemerintah. Hal itu berbeda dengan desa Noelbaki, desa tetangga, yang memiliki wakil rakyat yang bermukim di wilahanya.
Keluhan dan usulan yang terlontar diatas mengiringi acara diskusi kampung, yang diadakan YAO (yayasan alfao mega), bekerjasama dengan ASPPUK, Kemitraan, dan dukungan USAID sepanjang bulan Juni dan Juli 2011. Diskusi kampung di desa Oelpuah merupakan kegiatan kedua setelah sebelumnya masyarakat, terutama kelompok perempuan, menganalisa hasil musrenbang des 2012 yang ternyata tidak banyak mengakomodasi usulan masyarakat. Pada kegiatan kedua, mereka mengajukan sejumlah usulan yang akan dibawa pada workshop tingkat kecamatan, diantaranya masalah air bersih, kesehatan (pustu, posyandu, puskesmas) termasuk gizi buruk, dan akses pendidikan. Meski terik panas bulan Juli makin menyengat bumi Kupang, namun masyarakat dusun III, desa Oelpuah, semangat untuk mengikuti kegiatan diskusi kampung hari Kamis tersebut. Sekitar 50 orang laki-laki dan perempuan terlibat. Anak-anak dan perempuan hamil, serta para manula pun dengan senang hati terlihat di dalamnya. Baginya diskusi kampung menjadi salah satu harapan untuk mewujudkan perubahan menjadi kenyataan. Hal itulah yang tidak henti-hentinya disampaikan mama Sofi, direktur YAO, yang sekaligus salah satu fasilitator kegiatan, untuk terus menyemangati orang-orang kampung sehingga mereka tidak putus untuk mengharap…. (ditulis oleh M.Firdaus, Deputy SEN ASPPUK)