Saya mulai berdagang batik sejak tahun 1989. Selain berdagang produk batik, saya juga memproduksi batik melalui usaha konveksi. Beberapa produk batik yang saya buat diantaranya hem, blus, dress, daster dari batik tulis, batik cap dan batik printing. Saya menjual melalui kios batik saya di Pasar Gede, selain itu saya juga menyetor produk batik ke pedagang-pedagang di Klewer dan pesanan dari pedagang dari Jakarta, Semarang, Jogjakarta bahkan dari Luar Jawa, seperti di Kalimantan dan Papua.
Pada tahun 1990 an batik yang booming adalah batik printing. Saya juga membuatnya untuk dijadikan hem, blus, dress, daster dan baju anak. Saat itu hingga pertengahan tahun 2000-an batik yang kita produksi pesaingnya hanya batik pekalongan. Namun menginjak tahun 2010 mulai ada serbuan batik dari Cina. Batik Cina mulai menyerbu pertokoan dan pusat grosir yang ada di Solo bahkan 3 bulan terakhir ini sudah mulai bisa dijumpai satu dua kios di Klewer.
Para pedagang sendiri sebenarnya sudah mulai memprotek batik cina ini. Namun gencarnya pemasok membujuk pedagang, membuat beberapa pedagang mulai memajang batik cina ini di kios mereka. Sehingga produk ini mulai terlihat keberadaanya di tempat kami.
Keberadaan batik cina jelas mengancam keberadaan batik yang kami produksi. Karena batik cina harganya sangat murah dan warnanya sangat ngejreng, sehingga pembeli dari daerah lebih tertarik pada batik ini. Batik printing yang selama ini menjadi andalan karena harganya murah dan terjangkau oleh pembeli dari kalangan menengah ke bawah mulai tersendat penjualannya karena pembeli terutama dari daerah tidak mau tahu apakah ini batik asli atau batik cina, yang penting murah dan harganya terjangkau.
Pasar batik saat ini sedang lesu, salah satunya karena serbuan batik cina ini. Akibatnya saya sudah tidak berani lagi memasarkan barangnya saya ke pedagang dengan cara barang ditinggal nanti yang laku baru dibayar. Saat ini, saya hanya berani melepaskan barang jika pedagang memberi uang muka seberapapun besarnya. Sebenarnya sistem seperti ini mencemaskan karena pemasok produk cina bisa memakai startegi menitipakan barang tanpa jaminan. Dan kalau hal ini terjadi maka matilah batik kami.
Sebenarnya batik kita lebih unggul dari sisi produksi dan motif, namun beberapa bulan terakhir ini motif kita juga dipakai oleh batik cina. Sungguh sangat menyedihkan bila hal ini dibiarkan. Karena tidak saja mengancam kelangsungan pengrajin dan pedagang batik tapi juga budaya yang telah diwariskan oleh nenek moyang kita. Sebaiknya produk asing terutama yang sama dengan produk kita tidak boleh masuk ke negara ini.
Oleh: Nurul Hidayati (Pedagang batik Solo)