Feminisme Liberal lahir pertama kali pada abad 18 dirumuskan oleh Mary wollstonecrat dalam tulisannya A Vindication of the Right of Women (1759-1799) dan abad 19 oleh John Stuart Mill dalam bukunyaSubjection of Women dan Harriet Taylor Mills dalam bukunya Enfranchisemen of Women, kemudian pada abat 20 Betty Friedan dalam The Feminis Mistique dan The second Stage. Feminis Liberal ini mendasarkan pemikirannya pada konsep liberal yang menekankan bahwa wanita dan pria diciptakan sama dan mempunyai hak yang sama dan juga harus mempunyai kesempatan yang sama. Manusia berbeda dengan binatang karena rasionalitas yang dimilikinya. Kemampuan rasionalitas tersebut mempunyai dua aspek yaitu –moralitas- pembuat keputusan yang otonom dan –prudensial- pemenuhan kebutuhan diri sendiri.
Hak individu bagi kaum Liberal harus diprioritaskan dari pada “kebaikan” . Setiap individu diberikan kebebasan untuk memilih apa yang “baik” untuk dirinya asal tidak merugikan orang lain. Liberalisme juga menekankan pada masyarakat yang adil yang memungkinkan setiap individu mempraktekkan otonomi dirinya dalam memenuhi kebutuhannya.
Dalan hal intervensi negara atas bidang publik (masyarakat sipil) Liberallis Klasik berbeda dengan Liberallis Egalitarian. Bagi Liberalis Egalitarian setiap orang yang memasuki pasar terlebih dahulu mempunyai, keuntungan material, koneksi atau bakat yang berbeda. Apabila perbedaan tersebut sangat besar maka sulit bagi mereka untuk mengejarnya. Oleh sebab itu Negara harus intervensi secara positif agar kesejahteraan masyarakat merata. Intervensi di bidang hukum, pendidikan, perumahan, pelayanan kesehatan, kesejahteraan sosial dan penyediaan makan bagi orang miskin. Bagi Liberallis ini negara sebaiknya menfokuskan pada keadilan ekonomi bukan kebebasan sipil.
Sedangkan Liberallis Klasik dalam era pasar bebas setiap individu harus diberikan kesempatan yang sama untuk mengakumulasi keuntungannya. Mereka juga menekankan bahwa negara harus melindungi kebebasan sipil seperti, hak memilih, hak berorganisasi, hak kepemilikan dan kebebasan.
Akan tetapi dalam hal intervensi negara untuk menjamin hak individu, kaum liberallis sepakat bahwa intervensi negara harus seminim mungkin. Baik dalam aspek negara, organisasi, keluarga sampai ke tempat tidur.
Feminis Liberal abad 18
Pendidikan yang sama untuk perempuan
Mary Wollstonecraft, dalam bukunya A Vindication of the Right of Women menggambarkan masyarakat Eropa yang sedang mengalami kemunduran dimana perempuan dikekang didalam rumah tidak diberikan kesempatan untuk masuk dipasar tenaga kerja dan melakukan pekerjaan rumah tangga. Sedangkan laki-laki diberikan kebebasan untuk megembangkan diri seoptimal mungkin. Padahal kalau perempuan diberikan kesempatan yang sama juga bisa mengembangkan diri secara optimal, asal perempuan juga diberikan pendidikan yang sama dengan pria.
Wollestone juga mengkritik Email, novel karya Jean Jackques Rosseau yang -membedakan pendidikan laki-laki dan perempuan. Pendidikan laki-laki lebih menekankan rasionalitas –mempelajari ilmu alamiah, ilmu social dan humaniora- karena nantinya akan bertanggung jawab sebagai kepala keluarga sedangkan pendidikan untuk perempuan lebih menekankan pada emosional -mempelajari puisi, sen-i_karena perempuan akan menjadi istri yang penuh pengertian, responsive, perhatian dan keibuan. Jalan keluar yang ditawarkan wollestone adalah mendidik perempuan sama dengan mendidik laki-laki dengan mengajarkan kepada perempuan juga rasionalitas sehingga perempuan mampu menjadi “diri sendiri” tidak menjadi “mainan laki-laki”.
Feminis Liberal abat 19
Kesempatan hak Sipil dan Ekonomi bagi perempuan dan laki-laki.
Satu abad kemudian J S Mill dan Harriet Tailor Mill bergabung dengan Wollestonecraft. Yang menekankan pentingnya rasionalitas untuk perempuan. J S Mill dan harriet Tailor Mill lebih jauh menekankan agar persamaan permpuan dan laki-laki terwujud, tidak cukup diberikan pendidikan yang sama tetapi juga harus diberikan kesempatan untuk berperan dalam ekonomi dan dijamin hak sipilnya yang meliputi hak untuk berorganisasi, kebebasan untuk berpendapat, hak untuk memilih dan hak milik pribadi? serta hak-hak sipil lainnya.
Sumbangan lain pemikiran mereka berdua adalah dua-duanya menekankan pentingnya Pendidikan, Kemitraan dan Persamaan. Mill lebih menekankan pada pendidikan dan hak, sedangkan Taylor lebih menekankan kemitraan. Mill lebih jauh juga mempertanyakan superioritas laki-laki, menurutnya bahwa laki-laki itu tidak lebih superior secara intelektual dari perempuan. Pemikiran Mill yang juga menarik bahwa kebajikan yang ditempelkan pada perempuan seringkali merugikan perempuan karena perempuan tidak bisa menjadi diri sendiri, sebab ia akan menjadi orang yang dikehendaki masyarakat.
Feminisme Liberal abad 20
The Feminis Mistique yang ditulis oleh Betty Frieden, bila kita bandingkan dengan buku yang ditulis sebelumnya oleh Wollestone, JS Mills dan Harriet Tylor terkesan tidak radikal. Menurut Betty perempuan kelas menengah yang menjadi ibu rumah tangga merasa hampa dan muram, sehingga mereka menghabiskan waktunya ntuk berbelanja, mempercantik diri, bagaimana memuaskan nafsu suami dsb. Jalan keluar yang ditawarkan Frieden adalah kembali ke sekolah dan berkontribusi dalam ekonomi keluarga dengan tetap berfungsi sebagai ibu rumah tangga dengan masih tetap mencintai suami dan anak. Frieden meyakini bahwa karier dan rumah tangga bisa berjalan seiring.
Baru? duapuluh tahun kemudian ia menyadari dalam bukunya The Second Stage bahwa mmenangani karier dan rumah tangga sangat sulit.karena dia harus melayani dua majikan suaminya dan atasannya di kantor. Ia memberikan jalan keluar bahwa perempuan harus melakukan pergerakan sehingga menyadari keterbatas-keterbatasan dirinya yang diciptakan masyarakat sehingga bisa memperbaiki kondisi. Bekerja sama dengan laki-laki untuk merubah pola pikir masyarakat pada bidang publik –kepemimpinan, struktur institusi- dan privat –suami mulai ikut memikul beban keluarga yaitu ekonomi, rumah dan anak-anak. secara bersama.perempuan.
Arah Feminis Liberal
Feminis Liberal menginginkan terbebasnya perempuan dari peranan gender yang opresif. Mereka berargumentasi bahwa dalam masyarakat yang patriarkhi pekerjaan yang cocok untuk perempuan diasosiasikan pada sifat feminine seperti guru, perawat, sekretaris, kasir di bank dsb. Penentangan stereotipe tersebut harus melalui pendidikan androgini -yang mempunyai dimensi laki dan perempuan- baik disekolah maupun dirumah. Androgini telah membantu mereka dalam meraih kebebasan, persamaan hak dan keadilan.
Negara ikut bertanggung jawab untuk menjamin tidak ada lagi diskriminasi pada perempuan baik seksual maupun penghasilan dan menjamin perempuan terbebas dari pelecehan seksual, pemerkosaan dan kekerasan. Feminis Liberal sangat penting dalam pergerakan feminisme dengan perjuangannya untuk perempuan dibarat untuk meraih persamaan hak, peniadaan diskriminasi ditemapt kerja dan perubahan hukum yang lebih menguntungkan perempuan.
Kritik pada Feminis Liberal
Kritik pertama
Jean Bethke Elshtain dalam bukunya A Political Theorist. Mengkritik bahwa semua perempuan ingin menjadi seperti laki-laki, mengadopsi sifat laki-laki –mengutamakan rasionalitas tidak boleh menunjukan emosionalnya- untuk mengurangi ketertindasannya. Menurut Elshtain perempuan tidak boleh mengadopsi cara berpikir laki-laki, Perempuan mempunyai cara berpikir sendiri yang bisa dipertahankan. Laki-laki maupun berempuan harus mengadopsi dua-duanya baik cara berpikir laki maupun perempuan. Kita tidak boleh mendikotomikan nurture dan nature.
Perubahan tidak bisa dilakukan hanya melalui kelompok-kelompok kecil. Karena kalau dalam kelompok-kelompok kecil justru akan menghancurkan kumunalitas. Padahal untuk melobi pemerintah harus melalui gerakan massa (komunal) untuk itu penting sekali adanya committee organizer yang bisa mengorganisasi masa.
Kritik ke dua
Dalam Feminist Politics and Human Nature, Alison Jaggar menformulasikan kritik yang kedua, seperti Elshtain jaggar juga mengkritik feminis liberal bahwa? perempuan harus mengadopsi nilai laki-laki yaitu rasionalitas dan otonomi. Sedangkan menurut Jaggar kita tidak boleh mendikotomi nilai laki-laki dan perempuan justru laki-laki dan perempuan harus mengadopsi nilai kedua-duanya secara seimbang.
Jaggar juga mengkritik feminis leberal yang melihat perempuan itu satu, padahal menurut Jaggar perempuan itu tidak satu tapi bermacam-macam. Sehingga tidak bisa hanya melalui pendidikan dan dianggap akan menyelesaikan seluruh persoalan perempuan. Karena perempuan berbeda-beda keberadaannya maka strategi pemecahannyapun juga harus berbeda-beda pula.
Kritik ke tiga
Feminis Liberal telah menjenalisir perempuan itu sama, pada hal perempuan itu tidak hanya perempuan kulit putih, heteroseksual dan kelas menengah,? dan dari kelompok yang terpelajar,tetapi juga ada PSK, buruh, ada perbedaan suku/budaya, agama sehingga, penyebab ketertindasan perempuanpun juga tidak satu dan tentu strategi pemecahan masalahnyapun tidak bisa sama. Misalnya : perempuan kulit putih dari kelas menengah tentu berbeda dengan perempuan kulit hitam dari kelas bawah.
Bahan Bacaan :
- Gadis Arivia, “Feminisme Liberal” dalam Jurnal Perempuan, Edisi-05, Januari 1998. hal.62-66.
- Siti Hidayat Amal, “Beberapa Perspektif Feminis dalam Menganalisis Persoalan”, dalan Aliran Femisme, Bahan Training dari Kapal Perempuan.
- Rosemarie Tong, Feminist Thought, Westview Press, 1989.