Kartu pra-kerja memicu polemik public kala Cofid-19 merebak. Kerumitan pendaftaran dan tingginya alokasi biaya pelatihan dari vendor, mengudang kritik. Awalnya, presiden Jokowi membuat program tersebut bagi anak muda guna memulai usaha saat normal. Kini kondisi berbeda. Tuntunan inovasi kunci keberhasilan kartu pra-kerja di tengah pendemi corona. Berikut pengalaman Tim ASPPUK mementor anak muda kab Maros, Pangkep dan Barru Sulawesi Selatan, untuk menjadi pebisnis, dan “memoles” pebisnis eksisting saat pendemi. Inisiatif ini didukung OXFAM dalam program “Empowering Youth for Work” (EYFW). Semoga pengalaman tersebut melengkapi inisiatif program kartu pra-kerja.
Setelah 168 pemuda Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara mengikuti pelatihan kewirausahaan dengan prinsip 3 P (people, planet dan profit) akhir 2019, terseleksi 70 proposal bisnis awal Maret 2020. Tim mentor dibentuk guna “mendampingi” anak muda terpilih menjadi pebisnis tangguh, dan menginsiprasi yang lain, khususnya di masa cofid.
Tak dinyana, kasus pertama Cofid-19 Indonesia meledak di awal bulan itu. Sejumlah daerah, termasuk Sulawesi Selatan menerapkan “Pembatasan Sosial Berskala Besar” (PSBB). Tim mentor ASPPUK wil Sulsel memutar otak. Akhirnya, mentoring dilakukan secara on line menyesuaikan situasi. Bila kondisi membaik, kunjungan langsung ke pemuda dilakukan. Keahlian tim mentor beranekaragam; ada yang pengajar managemen bisnis di Universitas, perempuan pebisnis sukses (hasil coaching anggota ASPPUK), ekspert di on line marketing dan media, dan konsultan bisnis dewan CSR (corporate social responsibility) daerah.
Keahlian spesifiknya memperlancar mentoring. Tiga kali setiap minggu, tim mentor mengasistensi tiga pemuda per sesi. Teknisnya, anak muda menerangkan profil usaha di proposal bisnis selama lima menit. Selanjutnya, tim mentor “menguliti” dan memberi masukan teknis sedalam-dalamnya setiap bisnis planenya, terkait; pasar, teknis produksi, strategi marketing, penerapan nilai 3 P, dsb.
Peningkatan motivasi dari mentor muncul di sela-sela mentoring. Tim mentor memahami bentul bahwa semangat anak muda naik-turun. Makanya, memotivasinya menu wajib di awal dan akhir sesi. Meski begitu, materi mentoring “lentur” sesuai profil terkini anak muda. Contohnya, terkadang mentor perempuan pebisnis, yang sukses merangkak dari bawah, hadir dengan motivasi riilnya. Ia bercerita masa sulit sebagai amunisi kesuksesan. Tip dan trik tak segan ia bagikan. Di sisi lain, mentor dewan CSR daerah, memberi support atas keseriusan usahanya. “Bila adek-adek serius dalam berbisnis dan inovatif. Dukungan investor dan berbagai program hadir dengan sendirinya”, ungkapnya menyemangati.
“Saya memiliki usaha makanan tradisional khas Makasar, berlebel ‘Dapur Mama’. Pelanggannya para EO (event organizer) penyelenggara pesta kawinan, ulang tahun dan hajatan lain. Kini semua hajatan stop. Saya sedang menimbang-nimbang untuk mensasar pasar baru” ungkap Asmul, produsen makanan, dari kab. Maros, di awal mentoring 18 Mei 2020. Suaranya menandakan kelesuan usaha. “Asmul…. strategi marketingmu harus direvisi. Setiap situasi memiliki potensi pasar sendiri. Pebisnis harus cepat menangkap gejolak zaman. Data pelanggan harus secepatnya direcord dgn baik. Selagi orang Sulawesi suka ngopi, mereka pasti suka kue tradisional. Nah, temukan pelanggan itu. Bila ia tidak hadir ke tokomu, jemput dan cari pelanggan itu. Jasa pengantar banyak. Gunakan protokol kesehatan di setiap tahapan produksi.. Komunikasikan ini ke konsumen…..”, timpal mentor lain.
Dari nada suara Asmul, ia tersadar dan bersegera semangat. Ia seperti menumukan gelora baru. Secepatnya di sesi penutup, tim mentor menyamangatinya. Seolah tangan para mentor menepuk pundaknya perlahan, memberikan energi positif. “Ayo semangat Asmul, kami siap di kontak kapan pun. Bila ada pertanyaan dan keraguan, sampaikan saja”, tegas mentor. Sebelumnya, Zulfajri, pemilik usaha bandeng cabut duri juga mengeluhkan pasar luar daerah yang lesu, dan Kadri pemilik percetakan.
Itulah gambaran suasana mentoring. Awalnya terasa janggal karena kegiatan melalui on line. Lama-lama, tim mentor dan anak muda terbiasa dengan model komuniasi. Dengan kesungguhan, tim mentor meminta anak muda mencatat semua masukan dalam proposal usaha. Proposal usaha dibuat sesimple mungkin hingga dimengerti pembuatnya. Semua rencana ditulis dalam proposal bisnis.
Mentoring anak muda guna menjadi berwirausaha di Sulawesi Selatan, merupakan upaya memerangi pengangguran. Apalagi di masa pendemi cofid-19, pasti jumlahnya bertambah. Sebelum pendemi, tercatat anak muda berusia 15-24 tahun lebih rendah dalam angkatan kerja yang berjumlah 630.176 orang atau 64 % di kawasan perdesaan. Dari jumlah angkatan kerja sebesar 525,181 orang (67,8%), hanya 3,4 % bekerja dan kini tidak bekerja lagi, dan 13,2% lainnya tidak pernah bekerja sebelumnya.
Mudah-mudahan inisiatif ini bermanfaat bagi pengembangan ekonomi daerah dan menginspirasi daerah lain. Selanjutnya tim mentor menyusun rencana boot came bagi anak muda menyesuaikan perkembangan pendemi. (Penulis, Mh Firdaus, tim Ahli ASPPUK)