Ilustrasi foto banjir yang merendam areal persawahan dan pemukiman di Indramayu. Foto : jurnalindonesiabaru.com
JAKARTA, ASPPUK – Dampak perubahan iklim kini telah dirasakan oleh sebagian besar petani di Indonesia, termasuk di wilayah Indramayu, Jawa Barat.
Ibu Reti, seorang petani perempuan dari Kampung Darim, Desa Kendayakan, Kecamatan Terisi, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat meyakini perubahan iklim telah terjadi di wilayahnya. Hal itu ditandai dengan peristiwa banjir dan kekeringan yang melanda usaha pertanian miliknya dalam beberapa tahun terakhir.
“Kami yang mengalami sendiri perubahan iklim. Harapannya, panen melimpah, akan tetapi ada kendala yaitu, waktu MT-1 terkena banjir,” ungkap Reti pada sesi diskusi “Perempuan dan Iklim” yang digagas Koalisi Rakyat untuk Kedaulatan Pangan (KRKP) yang juga didukung oleh Asosiasi Pendamping Perempuan Usaha Kecil Mikro (ASPPUK) di Jakarta beberapa waktu lalu.
Bagi ibu Reti yang bertahun-tahun menanam padi, fenomena gagal panen ibarat pil pahit yang tidak terelakkan. Ketika terus terjadi, hal itu sangat merugikan petani, karena mereka harus memulai lagi dari awal.
“Banjirnya apabila menjelang masih berdaun, itu harus nanam ulang. Karena kalau banjir di desa kami mematikan tanaman, itu bisa merugikan petani,” terangnya.
Peristiwa banjir kerap terjadi di musim tanam pertama (MT-1), utamanya di awal tahun. Sementara di musim taman kedua (MT-2) pada Juli hingga Agustus, dusun Darim justru mengalami kekurangan air.
Petani sangat berharap bisa menanam padi di MT-2, karena mereka tidak punya alternatif lain. Akhirnya, pilihan menggunakan pompa dilakukan untuk mengalirkan air dari jarak yang jauh, seperti dari sungai dan waduk.
“Caranya dengan memompa air. Kami siap mencari air dari sungai atau kali yang jaraknya 2 Km dari desa. Jika di sawah sampai 4 Km jaraknya,” ungkapnya.
Kekurangan air di MT-2 mengakibatkan panen tidak berlangsung mulus. Biasanya hanya sebagian yang berhasil dipanen, sisanya rusak, berakibat pada gagal panen.
Jika gagal panen, dipastikan kehidupan petani terganggu. Mereka tidak bisa mencukupi kebutuhan hidup keluarganya.
Oleh sebab itu, Reti sangat berharap bantuan dari semua pihak, agar kehidupan petani menjadi lebih baik (Jekson Simanjuntak/Wan).