ICT Dan Perempuan Usaha Kecil

Dalam era globalisasi saat ini peran ICT (Information and Commonication Technology) sebagai sarana pendukung pengembangan usaha saat ini tidak lagi diragukan. Banyak pelaku usaha telah mendayagunakan ICT untuk melakukan ekspansi usahanya. Betapa tidak adanya ICT ini telah membuat segala aktivitas terkait dengan usaha semakin mudah dilakukan dengan ekstra cepat. Seperti misalnya aktivitas korespondensi yang dulu dilakukan secara tradisional dengan pos, kini dilakukan melalui e-mail yang dalam hitungan detik  informasi sampai pada klien/pelanggan. Masih banyak aktifitas usaha yang terdukung oleh adanya ICT ini khususnya aktivitas promosi usaha yang dilakukan di ruang maya (internet).

 Di indonesia istilah ICT ini sering diadaptasikan dengan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK). Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) adalah semua yang berhubungan dengan pengambilan, pengumpulan (akuisisi), pengolahan, penyimpanan, penyebaran, dan penyajian informasi (Buku Putih, Kementerian Negara Riset dan Teknologi, 2006: 6).

Secara sederhana Ms. Namrata Bali dari Sewa India,  menuturkan apa yang dimaksud dengan ICT,

” As we have been talking about ICT since yesterday, I must tell you that the people working there are poor people. We someting forget The C between the I and T, and that is very inportant as it is ” information and communication technology. Communication is the most inportant thing when you are working with the poor, and you do not limit your self with just personal computers (PCs), the internet, and so on. You have to take up all kinds of traditional ways of communicating wit people ”. (Regional Forum: on ICT Applications in enterprise development August 2007, Bangkok).

Dari definisi ini semakin jelas bahwa ICT atau TIK tidak hanya dikaitkan dengan aspek teknikal tekhnologinya saja, namun juga melingkupi aspek konten atau informasi sebagai elemen penting yang harus ada, yakni aspek komunikasi antar manusia. Sehingga peran Teknologi Informasi, yang sering di singkat dengan TI lebih berperan sebagai alat dalam memproduksi, mengolah dan menyebarkan informasi (diseminasi) pada kalangan yang lebih luas.

Di Indonesia pemanfaatan TI di berbagai bidang masih rendah. Dalam Laporan Indikator IT Tahun 2004 disebutkan bahwa sarana penunjang akses informasi di Indonesia secara umum masih rendah. Jumlah PC per 100 penduduk Indonesia pada tahun 2004 hanya 1,36, masih jauh bila dibandingkan dengan Malaysia (19,70:100) dan Singapura (76,11:100). Jumlah pengguna internet pun masih rendah, yaitu 6,52 pengguna internet per 100 penduduk, dibandingkan dengan Malaysia (39,71:100) dan Singapura (56,12:100).(http://www.iptek.net.id/ind). Dalam sumber yang sama disebutkan juga, bahwa secara gender  pengguna internet di Indonesia untuk laki-laki sekitar 75.86%. Sedangkan pengguna internet perempuan (24.14%).

Secara khusus pemanfaatan TI oleh usaha kecil di Indonesia tampaknya juga masih rendah. Meskipun belum ada data riil yang mengungkap, disinyalir pemanfaatan TI ini masih didominasi oleh  para pelaku usaha skala besar. Menurut study AMI di  4 negara yaitu China, India, Philipina dan Indonesia, saat ini, China memiliki penetrasi komputer terbesar di kalangan usaha kecil yaitu 33%. Di urutan kedua Filipina dengan 24%, India 22%, dan Indonesia di urutan berikutnya dengan 18% (http://www.bisnis.com).

Padahal, pelaku usaha kecil dan mikro memiliki andil yang sangat besar dalam perekonomian nasional Indonesia. Data Sensus Ekonomi, (BPS 2006) menunjukkan jumlah UMK sekitar 22.513.552 (data di luar usaha pertanian). Sekitar 13.617.591 (60,73%) di kelola pengusaha laki-laki, sedangkan 8.841.961 (39,27 %) di kelola perempuan. Meskipun jumlah pengusaha perempuan tidak sebesar laki-laki, tetapi kontribusi perempuan dalam usaha cukup signifikan, khususnya dalam ekonomi keluarga.

Melihat gambaran data-data ini, khususnya bagi PUK dalam pemanfaatan TI sangatlah memprihatikan. Padahal dunia TI dalam waktu mendatang akan terus berkembang dan mememiliki peran strategis dalam upaya meningkatkan daya saing usaha mereka.

Kendala-Kendala Bagi Perempuan

Banyak hal yang dapat disebut-sebut sebagai penghambat kurang berkembangnya penggunaan teknologi informasi di kalangan Perempuan Usaha Kecil.

Pertama, minimnya informasi dan pengetahuan tentang TI sebagai alat pendukung pengembangan usaha. Sehingga membuat pelaku-pelaku ekonomi usaha kecil mikro semakin jauh dari jangkauan teknologi-teknologi baru. Sehingga mempengaruhi apresiasi PUK terhadap penerapan TI sebagai sarana pendukung usaha.

Kedua, rendahnya kesempatan dan akses perempuan dalam mendapatkan pendidikan atau pelatihan terkait dengan dunia TI.

Ketiga, kendala sosial kultural, atau lebih tepatnya terkait dengan persoalan gender. Secara kultural, masyarakat masih melihat bahwa perempuan dirasa tidak mampu bekerja di ranah teknologi. Umumnya perempuan masih dipandang lebih baik melakukan pekerjaan rumah tangga (domestik).  Sebagai implikasinya ruang perempuan untuk pekerjaan IT di sektor-sektor formal menjadi terbatas.

Sebuah upaya

Kompleksitas permasalahan terkait TI dan PUK ini tampaknya perlu perlu perhatian yang cukup serius, khususnya pemerintah. Mengingat pada era global seperti sekarang ini, khususnya PUK mau tidak mau mereka bertarung dalam  persaingan yang semakin keras. Sehingga PUK harus mampu bertahan dan berkembang lebih baik. Hal ini diperlukan strategi untuk meningkatkan daya saing PUK salah satunya dengan mengintegrasikan ICT dalam usahanya.  

Beberapa hal yang perlu dilakukan di antaranya,Pertama, memperluas kesempatan dan akses PUK pada penguasaan TI. Khususnya di daerah pedesaan. Termasuk dalam hal ini penyedian infrastruktur TI terkait jaringan listrik dan komunikasi, seperti telpon dan internet.  Kedua,  memberdayakan PUK melalui peningkatan ketrampilan dan pengetahuan terhadap penggunaan teknologi informasi. Ketiga, pengintegrasian isu gender ke dalam setiap program-program pengembangan komunitas, khususnya program pemerintah dalam penyebarluasan dan penguasaan ICT bagi usaha kecil, khususnya perempuan. (Oleh Darmanto, Koordinator Litbang dan ICT  ASPPUK. Artikel ini telah dimuat dalam Bulletin Potret edisi 29,2009)